YOGYAKARTA – Fakultas Kedokteran (FK) UGM tengah mengembangkan kurikulum pengajaran Manajemen Bencana. Untuk program Sarjana (S1), kurikulum Manajemen Bencana diberikan kepada mahasiswa. Pengembangan kurikulum ini diharapkan bisa mengatasi masalah penanganan kesehatan bencana. Pasalnya, selama ini koordinasi dalam penanganan bencana menjadi kendala yang terus dihadapi masyarakat dan pemangku kepentingan.
“Penanganan bencana selama ini hanya reaktif dan tidak menggunakan pendekatan ilmiah.,” ujar Koordinator Penanggulangan Bencana FK UGM, dr Hendro Wartatmo disela-sela pameran ilmiah ‘Pengalaman FK UGM dalam Berbagai Bencana dan Kurikulum Bencana di Pendidikan S1 Kedokteran’ di fakultas setempat, Selasa (29/11).
Hendro menambahkan, saat ini pemerintah kemudian menunjuk dua perguruan tinggi (PT) untuk mengembangkan kurikulum kebencanaan. Selain UGM, Universitas Syah Kuala, Aceh juga terpilih mengembangkan konsep manajemen bencana. Melalui pengembangan kurikulum manajemen bencana ini diharapkan penanganan bencana bisa dilakukan secara komprehensif karena SDM kita cukup bagus, hanya alat yang perlu ditambah,” jelasnya.
Guru Besar Manajemen Pelayanan Kesehatan (PMPK) FK UGM, Prof dr Laksono Trisnantoro Msc PhD mengungkapkan, pengembangan kurikulum manajemen bencana dilakukan sejak terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh pada 2005 lalu. Pengalaman penanganan bencana yang dilakukan FK UGM di berbagai daerah sejak saat itu kemudian dikembangkan menjadi riset dan bahan pelatihan di sejumlah rumah sakit dan dinas kesehatan.
“Sebagai lembaga pendidikan, FK UGM aktif menangani bencana di berbagai daerah seperti Aceh, Nias, Yogyakarta, dan lainnya. Semua hasil riset dan pengalaman ini dikembangkan sebagai kurikulum manajemen bencana,” ujarnya.
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, Usaha dan Kesejahteraan FK UGM, Prof. Dr. dr. Suhardjo, Sp.M(K)., menuturkan pengalaman FK UGM dalam menangani bencana di Aceh, Padang dan Yogyakarta bisa dikembangkan menjadi ilmu dalam penelitian lebih lanjut. “Ilmu kebencanaan ini bisa menjadi bekal mengantisipasi bencana sejak awal,” pungkasnya.(Humas UGM/Gusti Grehenson)