YOGYAKARTA – Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan Biro Pemadam Kebakaran Kota Kobe Jepang menyelenggarakan ‘Festival Bokomi’ berupa pengenalan simulasi tanggap bencana berbasis masyarakat yang dilaksankan di kampung Badran, Jetis, Yogyakarta, Kamis (8/12). Salah satunya, mengajarkan anak-anak dan orang tua bagaimana menyelamatkan diri saat terjadi bencana.
Ketua panitia pelaksana, Dr. Ir. Ikaputra mengatakan kegiatan semacam ini bertujuan memupuk kesadaran, inisiatif dan keterlibatan masyarakat dalam menghadapi bencana yang datang sewaktu-waktu. Pasalnya, dalam situasi bencana, yang mampu menyelamatkan diri dan membantu keselamatan korban adalah komunitas masyarakat itu sendiri. Sehingga diperlukan komunitas yang diadopsi dari Jepang yang dinamakan Bokomi (Boshai Community). Kemudian di Indonesia dinamakan Basis Organisasi Kesiagaan Komunitas.
Menurut Ikaputra, simulasi siaga bencana sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama untuk kalangan anak-anak. Menurutnya, pengalaman dengan mengajak anak mengikuti berbagai permainan simulasi bencana akan meningkatkan respon saraf motorik anak untuk bereaksi dan mengambil tindakan saat terjadi bencana. “Pengalaman kita perminan semacam ini meningkatkan intelegensi dan respon anak-anak dalam pengurangan risiko bencana,†kata dosen teknik arsitektur UGM ini.
Untuk pembuatan alat peraga anak-anak, kata Ikaputra, tidak harus mengadopsi dari Jepang namun berdasarkan kearifan lokal dari masing-masing daerah. Dan bahan alat peraga itu pun bisa dibuat oleh komunitas.
Dia berpendapat, program simulasi pengurangan risiko bencana seharusnya dilakukan secara terus menerus. Karena pengalaman dalam menghadapi bencana tidak serta merta ditularkan oleh orang tua yang pernah mengalaminya kepada anak-anaknya. Dia menyebutkan, pengalaman di Kobe Jepang pun kegiatan semacam ini baru terlaksana setelah sepuluh tahun pasca bencana gempa. Sehingga komunitas IKC Badran diharapkan bisa menginspirasi kampung lain di Yogyakarta dan daerah lain di seluruh Indonesia untuk melakkan kegiatan serupa.
Camat Jetis, Sisruadi, menuturkan kegiatan semacam ini mampu meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana. Di kampung Badran, latihan simulasi bencana rutin diadakan pada minggu ketiga tiap bulan. Diikuti 100-an peserta mulai dari kalangan anak-anak, orang tua dan dewasa. “Sudah berjalan sejak dua tahun lalu,†katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)