YOGYAKARTA – Pembangunan Indonesia dalam 10 tahun kedepan harus dilakukan dengan melakukan pemberdayaan masyarakat. Membangun Indonesia dilakukan dari bawah dengan memberikan kontribusi secara nyata dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, gerakan mahasiswa juga ikut andil membangun pengetahuan berbasis masyarakat dan terlibat langsung dalam membangun desa.
Demikian yang mengemuka dalam diskusi Gerakan Mahasiswa Meneropong Indonesia 10 Tahun Kedepan. Diskusi yang berlangsung di Pusat Studi Pancasila ini mengundang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GmnI),Haryo Kunto Wibisono, aktivis Pimpinan Wilayah KAMMI DIY, Kartika Nur Rakhman, aktivis PMII Muhammad Muhyidin, Hizbut Tahrir Indonesia Wandran Irvan. Diskusi ini di moderatori oleh Hendro Muhaimin (peneliti Pusat Studi Pancasila UGM) dan dibuka oleh Drs. Sindung Tjahyadi. M. Hum selaku kepala Pusat Studi Pancasila UGM.
Muhammad Muhyidin dari PMII mengatakan Pancasila harus tetap menjadi bagian dari Indonesia mengingat pluralisme di Indonesia. Oleh karenanya permasalahan di Indonesia harus dilihat dari kacamata Pancasila mengingat kondisi di masyarakat Indonesia yang majemuk. “Sayang, ada banyak penumpang gelap yang membuat Pancasila terlihat buruk,†katanya.
Sementara Haryo Kunto Wibisono menilai kelemahan dari pemerintah maupun gerakan mahasiswa selama ini tidak belajar dari masyarakat. Aktivis GMNI ini menambahkan, pengetahuan yang ada di masyarakat tidak diperhatikan, padahal pengetahuan dari masyarakat tersebut sangat penting.
Aktivis KAMMI, Kartika Nur Rakhman memaparkan pentingnya membangun dan bergerak secara nyata memberdayakan masyarakat. Pembangunan Indonesia dapat dilakukan dengan memperkuat ekonomi Indonesia yang berbasis pada pertanian. “Fondasi ekonomi yang kokoh melalui pertanian, menjadi salah satu cara membangun Indonesia,†ujarnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)