Pencapaian swasembada daging tahun 2014 menjadi tantangan dunia peternakan Indonesia saat ini. Untuk itu banyak program telah dikembangkan guna meningkatkan jumlah dan kualitas produksi serta sumber daya manusia dibidang peternakan. Diantaranya faktor produksi pakan yang dinilai dominan dalam mempengaruhi kinerja produksi dan keberlangsungan usaha.
Indonesia memiliki potensi bahan baku pakan yang melimpah. Sayang optimalisasi pemanfaatan bahan baku pakan tersebut memerlukan kreatifitas dan kualitas sumberdaya manusia yang handal. Sementara dengan didopsinya kebijakan penyatuan program studi diberbagai Fakultas Peternakan di seluruh Indonesia, maka sesungguhnya ketersediaan jumlah lulusan sarjana peternakan yang memiliki kompetensi keilmuan bidang nutrisi dan makanan ternak sangat berkurang. Selain itu terjadi disparitas mutu lulusan antar perguruan tinggi dirasa cukup tinggi dan sangat bergantung asal universitas. “Mutu lulusan perguruan tinggi ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti mutu input mahasiswa, proses pembelajaran, infrastruktur pendukung baik fisik, laboratorium, farm maupun SDM terkait kualifikasi pengajar dan kurikulum pembelajaran yang dipergunakan,” ujar Bambang Suwignyo,Ph.D, di Fakultas Peternakan UGM, Selasa (13/12) terkait penyelenggaraan Lokakarya Pembelajaran Bidang Ilmu Nutrisi Dan Makanan Ternak bertema “Tantangan Pengembangan Sumber Daya Manusia Bidang Nutrisi Dan Makanan Ternakâ€.
Menurut Sekretaris Bagian Nutrisi Makanan Ternak, Fapet UGM, hingga dewasa ini nampaknya belum pernah ada diskusi intensif membicarakan perbedaan dan persamaan proses pembelajaran serta kurikulum yang dipergunakan berbagai perguruan tinggi petenakan di Indonesia. Terutama terkait dengan bidang ilmu nutrisi dan makanan ternak. “Komparasi proses pembelajaran ini sangat penting dan relevan untuk dievaluasi, sehingga disparitas mutu lulusan antar perguruan tinggi semakin kecil. Syukur-syukur tidak ada disparitas,” tuturnya.
Untuk itu kedepan diharapkan mutu lulusan relatif seragam dan siap bersaing memasuki kompetisi ASEAN dan global. Dengan latar belakang seperti itu sudah sewajarnya bila Asosiasi Ahli Nutrisi Dan Pakan Indonesia (Aini) memandang penting penyelenggaraan lokakarya ini bagi pembelajaran ilmu nutrisi dan makanan ternak di perguruan tinggi peternakan. “Antar peserta memang diharapkan bisa saling tukar menukar informasi mengenai sistem pembelajaran bidang Nutrisi dan Makanan Ternak, dan nantinya bisa diterapkan di perguruan tinggi masing-masing,” jelas Bambang.
Lokakarya yang berlangsung selama dua hari, 12-13 Desember 2011 digelar Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Petenakan UGM bekerjasama dengan AINI. Disamping menyamakan persepsi tentang sistem dan model pembelajaran di berbagai perguruan tinggi peternakan khususnya di bidang Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak di Indonesia, lokakarya diharapkan menghasilkan gambaran kurikulum dan proses pembelajaran ilmu nutrisi dan makanan ternak yang telah dilaksanakan masing-masing perguruan tinggi peternakan selama ini. “Dengan begitu dari lokakarya bisa memberikan rekomendasi kurikulum dan proses pembelajaran ilmu nutrisi dan makanan ternak yang relevan dengan tuntutan industri pakan dan persaingan global,” imbuhnya.
Dalam bahasan topik “Sistem pembelajaran ilmu nutrisi dan makanan ternakâ€, masing-masing perwakilan fakultas/universitas menjadi pembicara untuk menyampaikan informasi terkait antara lain jenis/nama mata kuliah yang diampu, jumlah SKS, sifat matakuliah wajib atau pilihan, fasilitas pembelajaran seperti laboratorium serta jumlah dan kualifikasi dosen pengampu. Selain diikuti Ketua-ketua Bagian/Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, topik bahasan menarik ini diikuti pula para pengurus Asosiasi Ahli Nutrisi dan Makanan Ternak di seluruh Indonesia, akademisi, dosen dan mahasiswa bidang nutrisi dan makanan ternak, praktisi peternakan dan industri pakan ternak, para Policy maker, Dirjen, Pemda terkait, Koperasi Peternakan dan penggiat profesi makanan ternak.
Sementara itu untuk tema Lokakarya pembelajaran bidang ilmu nutrisi dan makanan ternak, tampak hadir pembicara Prof. Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS (AINI) yang membedah soal “Sertifikasi Ahli Nutrisi dan Makanan Ternakâ€. Tema ini diikuti para ketua atau perwakilan dari Bagian/Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan dari beberapa perguruan tinggi, seperti UGM, IPB, UNPAD Bandung, UNDIP Semarang, UNSOED Purwokerto, UB Malang, UNHAS Sulawesi Selatan, UNRAM Mataram, UNAND Sumatra Barat dengan moderator Prof. Dr. Ir. Erika Budiarti Lakoni, M.Si (IPB).
Sedangkan di hari kedua dilakukan seminar dengan menghadirkan para pembicara dari kalangan industry, praktisi maupun akademisi. Seminar yang bertepatan dengan purna tugas dua orang dosen NMT, Dr.Ir. Ali Wibowo dan Dr.Ir. Hari Hartadi ini mengupas tema “Profile dan Kompetensi Lulusan Sarjana Peternakan yang Diharapkan oleh Industri Pakan”. Disamping Dr. Ir. Ali Wibowo, M.Sc dan dan Dr. Ir. Hari Hartadi, M.Sc sebagai pembicara utama, turut memberikan sumbang pemikiran Prof Orskov (Teaching Program on Animal Nutrition and Feed Science in United Kingdom dan Adi Widyatmoko (Cargill Indonesia). (Humas UGM/ Agung)