Penyakit Hepatitis A mewabah di DIY. Tercatat 129 warga UGM menjadi korban penyakit ini, 7 orang tenaga kependidikan dan 122 mahasiswa UGM.
“Data Gadjah Mada Medical Center (GMC) menyebut 97 menjalani rawat inap dan 32 rawat jalan. Tujuh orang merupakan pegawai UGM sisanya mahasiswa. Dari mahasiswa-mahasiswa itu menyebar ke seluruh fakultas, kecuali Fakultas Filsafat dan Teknik Geologi yang hingga kini belum ada laporan,” ujar Prof dr Ali Gufron Mukti MSc PhD, Jum’at (1/8) di ruang Multimedia saat Seminar Wabah Hepatitis A di UGM: Permasalahan dan Pencegahannya.
Direktur GMC mengakui, bila angka kejadian hepatitis A meningkat cukup tajam. Tidak hanya di lingkungan UGM saja, namun juga beberapa wilayah di DIY. Sehingga, katanya, angka penderita hepatitis di beberapa Rumah Sakit mengalami peningkatan cukup signifikan.
“UGM sangat concern tentang permasalahan ini, karena sebagai agent of change sangat sadar tentang hal ini, bagaimana kita berupaya penularan-penularan ini agar tidak merembet,” tambahnya.
Penyakit ini ditengarai merebak di UGM sejak dua bulan yang lalu (Mei-Juni). Angka tersebut meningkat tajam di bulan Juli.
“Setelah dua bulan yang lalu, kejadianya meningkat tajam. Penderita hepatitis A saat itu terbanyak di fakultas kedokteran Gigi, Kedokteran, Fakultas Teknik bagian barat. Sejak itu kami cepat-cepat bikin surat kepada Dekan-dekan yang memiliki mahasiswa-mahasiswa terkena penyakit hepatitis ini untuk melakukan tindakan warning dan pencegahan-pencegahannya,” tukasnya.
Dalam pandangan Pak Gufron, penularan Hepatitis ini terkait terjadinya kontanimansi makanan, tingkat kebersihan yang kurang terjaga, kontaminasi tinja dan lain-lain. Bahkan, katanya, bisa pula bersumber dari para penjual makanan yang kurang bersih dan kurang higienis.
“Mulailah penyelidikan-penyelidikan dilakukan. Sesungguhnya penyakit ini tidak terlalu berbahaya, namun cukup berdampak bagi kerugian secara ekonomi dan produktivitas. Jadi cukup menjaga kehati-hatian saja karena ini sudah mewabah di DIY,” ungkap Dekan terpilih FK UGM ini.
Kata Prof Gufron, pencegahan terhadap penyakit ini sesungguhnya tidak terlalu sulit, namun memerlukan partisipasi dari banyak pihak terkait pengolahan, penyediaan dan penjualan makanan.
“GMC berharap agar semua pihak bisa lebih berpartisipasi untuk menjaga kebbersihan. Selain itu, kami telah mengusulkan kepada Dinas Kesehatan untuk melakukan sertifikasi. Sebagai tanda kalau PKL-PKL itu sudah ada pembinaan-pembinaan dan pembimbingan dari Dinas Kesehatan,” urainya menjelaskan.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Alumni dan Pengembangan Usaha Prof Ir Toni Atyanto Dharoko MPhil PhD dihadapan para pedagang dan pengelola Kantin di lingkungan UGM mengajak untuk selalu menjaga kebersihan terkait penataan PKL di UGM. Karena sesuai dengan visi misinya, UGM tidak hanya sekedar mendidik mahasiswa, tapi juga memberikan fasilitas dan menyediakan makanan-makanan yang sehat.
“Penyakit itu memang bisa macam-macam, karena mahasiswa juga bergerak kemana-mana, namun apapun yang terjadi yang perlu diindahkan adalah masalah kebersihan pada makanan-makan yang kita sediakan. Karena bagaimanapun mahasiswa ini nantinya diharapkan akan menjadi pemimpin yang tentunya sehat baik secara phisik maupun rohani,” tuturnya saat membuka seminar. (Humas UGM)