YOGYAKARTA – Anak-anak di pedalaman Papua mengalami malnutrisi. Namun Persoalan malnutrisi di Provinsi Papua lebih difokuskan untuk meningkatkan kelangsungan hidup daripada perkembangan dan kualitas hidupnya. Padahal Papua memiliki sumberdaya alam dengan kelimpahan hayati maupun non hayati yang tinggi dan lingkungan ekosistem sosio-kultural yang sangat beragam.
Menurut hasil penelitian Ir. Stefanus Pieter Manongga, M.S., anak balita Papua yang tinggal di zona pesisir daratan mempunyai status gizi yang lebih baik dari mereka yang tinggal di zona dataran menengah dan zona pegunungan. Prevalensi anak balita Papua yang mengalami malnutrisi mencapai 18,9% dan anak sangat pendek 33,8%. “Anak balita yang gizi kurang lebih banyak di dataran menengah dan anak sangat pendek di zona dataran menengah dan pegunungan,â€kata Pieter dalam ujian terbuka promosi doktor dirinya di Fakultas Kedokteran (FK) UGM, Kamis (15/12).
Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak papua, yaitu lingkungan fisik, lingkungan sosial, pola asuh ibu, riwayat sakit dan malnutrisi. Namun persoalan dari malnutrisi, anak Papua mengalami suspek keterlambatan perkembangan mencapai 77,7% yang menyebar luas di semua tipe zona ekosistem. “Umumnya anak Papua mengalami keterlambatan perkembangan bahasa, adaptif motorik halus, personal sosial, dan motorik kasar,†katanya.
Dia menambahkan, suspek keterlambatan perkembangan bahasa, terbanyak di zona pegunungan dan zona pesisir daratan, keterlambatan perkembangan motorik halus terbanyak di zona pegunungan dan dan zona pesisir dan daratan. Pengaruh malnutrisi menyebabkan anak pendek relatif kecil namun berpengaruh signifikasn pada kejadian keterlambatan perkembangan anak, khususunya keterlambatan perkembangan motorik halus dan bahasa. “Hasil ini mengindikasikan terjadinya gagal tumbuh atau anak pendek yang mengakibatkan gangguan dalam perkembangan,†katanya.
Untuk mengoptimalkan perkembangan dan kualitas hidup anak Papua dia mengusulkan beberapa langkah yang bisa ditempuh, pertama, meningkatkan ketahanan pangan dan penguatan pola asuh dan melalui transformasi sistem reproduksi pertanian dan pertanian kampung bagi peningkatan status gizi dan kesehatan anak. Kedua, mengintensifkan kegiatan program pelayanan kesehatan dasar, kesehatan lingkungan dan penyediaan air bersih. “Upaya ini untuk melestarikan pengaruh lingkungan sosial,†tandasnya.
Ketiga, membangun pos pelayanan tumbuh kembang anak berbasis masyarakat dan optimalisasi potensi keterdidikan anak dan memberdayakan lingkungan ekosistem masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya hutan dan lahan bagi peningkatan kualitas hidup anak. Dalam ujian promosi doktor tersebut, bertindak sebagai promotor Prof. dr. Hamam Hadi, MS., Sc.D., Ko-promotor Prof. dr. Mohammad Hakimi, Sp. OG (K)., Ph.D., dan Prof. dr. HAri Kusnanto, SU., Dr.PH.(Humas UGM/Gusti Grehenson)