“Buku yang kubaca selalu memberi sayap-sayap baru. Membawaku terbang ke taman-taman pengetahuan paling menawan, melintasi waktu dan peristiwa, berbagi cerita cinta, menyapa semua tokoh yang ingin kujumpai, sambil memainkan di lengkung pelangi.” Demikian kutipan puisi Abdurahman Faiz “Aku Ini Puisi Cinta†mengawali tulisan ini.
“Di desa saya, ada bar-bar lokal di setiap sudut. Karena senang menjelajah di sekitar tempat-tempat itu, saya jadi punya kebiasaan minum dan saya jadi pemabuk. Seandainya tempat-tempat itu adalah perpustakaan dan toko buku, saya mungkin menjadi seorang laki-laki yang seluruhnya berbeda†Demikian kutipan lain dari surat yang dikirim ke koran di Nepal yang ada di buku “Room to Readâ€.
Dua kutipan di atas menggambarkan betapa buku mampu menghidupkan imajinasi dan kreativitas, dan betapa buku mampu membentuk pribadi dan kebiasaan seseorang. Atas dasar itulah, Book for Mountain berkeinginan mendekatkan buku kepada anak-anak di kaki gunung dan daerah terpencil yang memang mempunyai akses yang terbatas dibandingkan daerah lain. Aksi nyata ini berawal dari Kuliah Kerja Nyata Universitas Gadjah Mada bulan Juli 2010 di kaki Gunung Rinjani, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
“Pada waktu itu, Tim berhasil mendirikan 6 unit perpustakaan di Kaki gunung Rinjani. Karena kesuksesan program itulah, maka Book for Mountain terus berlanjut meski KKN telah selesai sembari melebarkan sayap membuka kesempatan buat siapa saja yang ingin bergabung,” ungkap Niniek Febriany Koordinator Saya ingin Buku Atas nama Book for Mountain dan Anak-anak Indonesia, Jum’at (16/12) dalam pernyataannya.
Sampai saat ini, Book for Mountain telah melakukan aksi nyata di sekitar 7 lokasi diseluruh Indonesia, yaitu di Desa Bebidas, Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (Juli-Agustus 2010), Sekolah darurat Merapi (Oktober-Desember 2010), Shelter Keningar, Merapi (Januari 2011); Desa Ngadirejo, Bromo (Maret 2011), Tompo Bulu, Bone, Sulawesi Selatan (Mei 2011), Pulau Sebesi, Krakatau, Lampung (Juli 2011), Ranu Pane, Semeru, Jawa Timur (Oktober 2011), dan mungkin akan disusul oleh aksi-aksi nyata Book for Mountain di seluruh Indonesia pada tahun-tahun berikutnya.
“Ini benar-benar sebuah aksi nyata komunitas Anak Muda Kreatif Indonesia yang berawal dari sekelompok Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Gadjah Mada unit 171 Bulan Juli – Agustus tahun 2010 lalu, yang mendapatkan lokasi kerja di kaki gunung Rinjani, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat,” jelas Niniek Febriany.
Dikatakan Niniek Book for Mountain memiliki beberapa program, diantaranya “Saya ingin buku!â€, pelatihan manajemen perpustakaan, Motivation Training dan seminggu mengajar seumur hidup menginspirasi. Dalam program “Saya ingin buku!†dibuka Waroeng Buku berupa perpustakaan, dimana buku-bukunya diperoleh dari donasi dan sponsorship. Untuk medukung program inipun, Book for Mountain mempunyai sub program “Donate your used children books: Satu buku bekas darimu sama dengan satu langkah awal mencerdaskan bangsaâ€. “Tentu saja program ini mengajak semua pihak untuk menyumbangkan buku-buku baru maupun bekas, terutama buku-buku nonpelajaran untuk usia Sekolah Dasar,” tambah Niniek.
Guna menjaga keberlanjutan dari perpustakaan yang telah didirikan maka diadakan pelatihan manajemen perpustakaan sederhana bagi warga sekolah dan sekitar. Program Motivation Training ini bersifat fleksibel, sementara untuk daerah yang sedang terkena bencana, Book for Mountain fokus pada trauma healing. Seperti pada saat erupsi di Merapi dan Bromo beberapa waktu lalu. Juga program mengajar, bukan hanya mengajar mata pelajaran wajib di sekolah, namun meliputi pula mengajarkan keahlian di luar sekolah, seperti merajut, menggambar karikatur, origami, bermusik, paperquilling dan lain-lain.
Semangat, dukungan dan inspirasi tentu akan terus mengalir. Suatu hari, Book for Mountain akan bermimpi seperti Greg Mortenson dalam buku “Three Cups of Tea†dan “Stones into Schools†atau Munif Chatib sebagaimana bukunya “Sekolahnya Manusia†dan “Gurunya Manusiaâ€. Untuk itu Book for Mountain akan terus melanjutkan aksi nyata dengan mendekatkan diri dengan masa depan anak Indonesia melalui buku. (Humas UGM/ Agung)