Keunggulan ternak lokal sebagai palsma nutfah Indonesia belum begitu banyak terungkap. Bahkan erosi dan pencemarannya masih saja terus berlangsung. Oleh sebab itu, upaya pelestarian plasma nutfah perlu dilakukan oleh seluruh elemen bangsa.
Kasubdit Pemuliaan Ternak, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Abdul Karnaen menyampaikan bahwa sumber daya genetik merupakan unsur penting dalam pemuliaan tanaman terutama untuk mendapatkan bibit bermutu. Sumber daya genetik tersebut perlu dimanfaatkan dan dilestarikan demi menunjang peningkatan produksi ternak sekaligus meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. “Indonesia seharusnya bangga mempunyai sumber daya genetik hewan yang cukup banyak dan beragam seperti kambing gembrong, domba garut, atau sapi bali,†katanya, Kamis (15/12) di Fakultas Peternakan UGM.
Dalam Seminar Pelestarian Plasma Nutfah Ternak Asli Indonesia kerjasama Fakultas Peternakan UGM dengan PT HRL Agrobusiness Indonesia ini Abdul Karnaen menyebutkan bahwa pengelolaan sumber daya genetik hewan bisa dilakukan melalui kegiatan pemanfaatan dan pelestarian sumber daya genetik hewan misalnya pembudidayaan, pemuliaan, eksplorasi, konservasi dan penetapan kawasan pelestarian. Sementara untuk mencegah kemungkinan pengambilan secara ilegal rumpun atau galur terbentuk di suatu wilayah, pemerintah memberikan perlindungan hukum melalui penetapan dan pelepasan rumpun atau galur ternak. “Pengaturan ini dilakukan untuk menjamin adanya pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan sumber daya genetik hewan,†jelasnya.
Saat ini, pemerintah telah berhasil melakukan penetapan 20 rumpun atau galur ternak di 12 daerah di Indonesia. Beberapa diantaranya adalah Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Bali, Provinsi Sulawesi Selatan.
Kabid Litbang PT HRL Agrobusiness Indonesia Agus Susilo menuturkan PT HRL Agrobusiness Indonesia sebagai pihak swasta ikut berperan dalam usaha untuk melestarikan plasma nutfah ternak asli Indonesia . Perusahaan yang bergerak di bidang pertanian terpadu, peternakan dan perikanan ini berupaya untuk mengintegrasikan bisnis dan keseimbangan alam. “Saat ini PT HRL telah berhasil mengembangkan ternak itik petelur, itik liar, kelinci, kambing dan domba,†ungkapnya.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Peternakan UGM Prof. Dr. Ir. Jafendi Hasoloan Purba Sidadolog menyebut ternak lokal merupakan sumber genetik unik yang seharusnya dapat dimanfaatkan pengembangannya dan dijadikan sebagai sumber ketahanan pangan nasional. “Ternak mempunyai kontribusi dalam hal ketahanan pangan baik di tingkat rumah tangga maupun industri. Untuk itu, negara perlu segera menerapkan langkah-langkah konservasi karena banyak ternak lokal yang telah punah,†tegasnya.
Beberapa ternak lokal yang perlu diperhatikan sebagai sumber plasma nutfah ternak nasional adalah Sapi PO, Sapi Jawa, Sapi Madura, Kerbau Moa, Kerbau Benuang, Domba Ekor Tipis, Kambing PE, Kambing Saburai, ayam kampung di seluruh Indonesia, Itik Tegal, dan beberapa ternak lain. Menurutnya, pelestarian ternak lokal sebagai plasma nutfah dapat dilakukan melalui pengembangan model pembibitan sederhana untuk mempertahankan dan meningkatkan potensi genetik ternak.
Masih di tempat yang sama, dilakukan penandatanganan MoU antara Fakultas Peternakan UGM dengan PT HRL Agrobusiness Indonesia di bidang pendidikan, penelitian, pengembangan dan pemberdayaan sumber daya pada sektor peternakan khususnya dalam bidang budidaya peternakan kambing dan domba. (Humas UGM/Ika)