YOGYAKARTA – Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X berpendapat bahwa kasus Mesuji di Lampung dan Sumatera Selatan jika benar terjadi merupakan wujud krisis atau tragedi peradaban. “Artinya, pelanggaran hukum tidak diselesaikan melalui jalur hukum, tapi melalui tindakan oleh anak manusia, seperti yang dilakukan bangsa bar-bar,†kata Sultan kepada wartawan usai menerima gelar Doktor Honoris Causa bidang kemanusiaan dari Universitas Gajah Mada (UGM) dalam peringatan Dies Natalis ke-62 di Grha Sabha Pramana, Senin (19/12/2011).
Menurut Sultan, sekarang ini masalah peradaban kurang menjadi perhatian pemerintah, padahal dapat mengakibatkan disintegrasi bangsa. Disintegrasi peradaban pada dasarnya adalah awal perjalanan menuju disintegrasi bangsa. Sementara itu, sekelompok manusia baru dikatakan sebagai sebuah kesatuan bangsa apabila terikat oleh peradaban yang dilandasi berbagai nilai spiritual, moral, dan ideologis. “Jika krisis peradaban tidak digarap, peradaban bangsa akan kian terpuruk,†kata Sultan.
Dalam pidato pengukuhan Doktor (HC), Sultan menegaskan pemimpin bangsa diminta untuk kembali membangun peradaban berbasis nilai kemanusiaan yang adil beradab sesuai amanat sila kedua Pancasila. Untuk mengatasi krisis peradaban yang terjadi, pilihan ‘memanusiakan manusia’ dengan meningkatkan spiritualitas dan kesadaran terhadap lingkungan sangat penting dilaksanakan agar menjadi kesadaran publik, yakni melahirkan manusia Indonesia yang utama. “Kerja pembangunan yang memperkokoh peradaban bangsa, hendaknya dijalankan menyeluruh tanpa meninggalkan aspek spiritual bangsa,†tambahnya.
Sultan menuturkan peradaban baru yang tumbuh dalam proses pembangunan harus menjadi lahan bagi tumbuh berseminya peradaban berbasis nilai kemanusiaan, penuh harmoni dalam kebhinnekaan. â€Bukan peradaban yang bias global atau bias lokal. Semua harus satu pemahaman, yaitu menghargai, menghormati dan peduli, saling mengubah dan menyesuaikan diri,“ kata Sultan.
Raja Ngayogyakarta Hadiningrat tersebut mendapatkan gelar doktor honoris causa dengan promotor Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., Ko-promotor Prof. Dr. dr Sutaryo , Sp.A(K) dan Prof. Dr. Djoko Suryo Selain menganugerahkan doktor honoris causa, UGM memberikan pula Anugerah HB IX kepada budayawan dan kolumnis, Goenawan Mohamad.
Atas penghargaan yang diterima, Sultan HB X menyampaikan rasa terima kasih. “Jadi, ini pengakuan keilmuan, tapi juga pengakuan aplikasi. Konsistensi yang dilakukan keilmuan dan penerapan untuk masyarakat. Bagi saya, terima kasih atas semuanya, apa yang saya lakukan juga atas nama masyarakat,†pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)