YOGYAKARTA-Dari data transaksi intrahari selama periode 2003-2005 di Bursa Efek Indonesia (BEI) ditemukan adanya intensitas pengikutan institusional sebesar 8,4%. Intensitas keberadaan pengikutan institusional ini tidak berhubungan positif dengan volatilitas pasar. Dalam kondisi pasar yang stabil, intensitasnya tampak lebih kuat. “Nampaknya, investor institusional di BEI juga suka mengikuti tren. Kebanyakan mengikuti strategi positive-feedback dan sebagian lainnya mengikuti strategi negative-feedback. Perilaku investor institusional nampak menyerupai kebiasaan agen berinformasi lebih,†kata dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Magelang (UMM), Setiyono, saat mempertahankan disertasi berjudul Perilaku Pengikutan dan Efisiensi Pasar Saham, dalam ujian terbuka doktor, Selasa (17/1), di Auditorium BRI Lt.3 Program M.Si. dan Doktor FEB UGM.
Setiyono menambahkan sebagai pedagang yang menyerupai agen berinformasi lebih, investor institusional juga mendapatkan return tak normal melebihi return yang diterima investor non institusional. Perdagangan institusional tidak secara nyata menyebabkan pembalikan harga karena return tak normal yang negatif pada saham yang mengalami permintaan berlebih itu mungkin disebabkan oleh reaksi kurang yang dilakukan oleh pedagang nois. “Keadaan ini pun segera hilang ketika permintaan investor institusional (berinformasi lebih) semakin tinggi,” ujar pria kelahiran Boyolali, 7 Oktober 1966 itu.
Setiyono mengatakan perilaku pengikutan di pasar modal sebenarnya menyerupai perilaku massal. Sebut saja, antrean panjang saat membeli bahan bakar minyak (BBM) yang cenderung didasari rasa panik ketika ada berita penurunan stok BBM. Dalam disertasinya, Setiyono juga menjelaskan peran pembelajaran sosial yang rasional, tingkat efisiensi pasar dapat meningkat dengan intensitas keberadaan pengikutan yang semakin tinggi.
Kondisi pasar tidak memoderasi hubungan pengikutan-efisiensi, namun berfungsi sebagai prediktor tingkat efisiensi pasar. Tingkat efisiensi pasar akan menurun jika kondisi pasarnya semakin volatile dan peningkatan efisiensi pasar pada suatu masa sangat tergantung pada tingkat efisiensinya di masa lalu. “Hubungan positif pengikutan efisiensi ini akan menguat dengan syarat ada perdagangan blok yang semakin besar atau perdagangan blok diinisiasi pembeli,†kata Setiyono.
Selama ini, ada pihak yang memandang perilaku pengikutan adalah irasional dan meragukan optimalitas keputusan harga yang dihasilkan melalui perilaku ini. Namun, pihak yang memandangnya rasional mengakui perilaku ini dapat memberikan eksternalitas informasional bagi partisipan pasar, selain eksternalitas payoff dan reputasi, sehingga meningkatkan efisiensi pasar.
Tingkat efisiensi pasar akan menurun ketika volatilitas pasarnya naik dan kenaikan efisiensi pasar sekarang juga akan tergantung pada tingkat efisiensi pasar periode sebelumnya. Di samping itu, efek positif keberadaan pengikutan terhadap efisiensi juga akan naik dengan syarat ada perdagangan blok yang besar atau blok diinisiasi pembeli. “Dengan demikian, hasil penelitian ini menyediakan pembenaran suatu pandangan umum bahwa perilaku pengikutan institusional adalah rasional atas alasan eksternalitas informasional,†ujar Setiyono.
Usai mempertahankan disertasinya, Setiyono dinyatakan lulus oleh tim penguji dengan predikat sangat memuaskan. Hadir sebagai tim penguji dalam ujian tersebut ialah Prof. Marwan Asri, M.B.A., Ph.D., Prof. Dr. Eduardus Tandelilin, M.B.A., Prof. Jogiyanto Hartono, M.B.A., Dr. Mamduh M. Hanafi, M.B.A., Dr. Suad Husnan, M.B.A., Prof. Dr. Sukmawati Sukamulya, M.M., dan Dr. Erni Ekawati, M.B.A., M.S.A. (Humas UGM/Satria AN)