Survey tahun 2007 menunjukkan angka kebutaan karena katarak di DIY mencapai 0,6 persen dari jumlah penduduk dengan posisi masih tinggi. Namun angka kebutaan katarak ini terjadi sedikit penurunan dibanding survey sebelumnya yaitu mencapai 0,78 persen dari jumlah penduduk di DIY.
Menurut Prof dr Suharjo SpM(K) salah satu panitia Dies ke-59 UGM, Senin (11/8), tingginya angka kebutaan akibat katarak ini terpengaruh oleh angka kemiskinan. Oleh karena itu dalam rangka Dies akan diselenggarakan operasi katarak gratis bagi keluarga tidak mampu di RSUD Wates, Kulonprogo.
“Kebetulan Kulonprogo paling dulu yang merespons kegiatan bakti sosial ini,” ujarnya di FK UGM dihadapan wartawan menjelang diselenggarakannya operasi katarak gratis yang akan digelar 16 Agustus 2008.
Kemiskinan, tegas Suharjo, menjadi penyebab masih tingginya angka kebutaan karena katarak. Dengan angka kemiskinan mencapai sebesar 15-20 persen, katanya, menjadikan akses ke dokter atau rumah sakit sangat kecil, sehingga ketika sudah mengidap penyakit tidak dirasakan yang berakibat fatal yaitu menjadi buta.
“Beban pemerintah cukup besar karena bagi keluarga miskin pembiyaan pengobatan ditanggung pemerintah,” tambahnya.
Dikatakannya, dengan adanya operasi katarak gratis ini UGM telah membantu meringankan beban pemerintah dan mempercepat dalam pengurangan penderita katarak ini. Target operasi kali ini sekitar 50 orang, sebagian besar berada di pedesaan, sementara di perkotaan angkanya lebih rendah.
“Namun bukan berarti dibiarkan, tetapi tetap dipantau. Oparasi gratis ini sekaligus sebagai upaya menurunkan penderita katarak. Pada tahun 2020 nanti diharapkan angka kebutaaan secara nasional mencapai 1,47 turun menjadi 0,5 persen,” tandas Suharjo.
Sementara itu Ketua Umum Dies Natalis ke-59 UGM Prof dr Iwan Dwiprahasto MMedSc PhD menambahkan selain operasi katarak gratis panitia dies juga mengadakan diteksi dini kanker. “Panitia dies berencana menggelar operasi bibir sumbing, pemeriksaan gigi, penambalan dan pencabutan gigi,†ujarnya. (Humas UGM)