Rektor UGM Prof Ir Sudjarwadi MEng PhD mencanangkan program penghijauan dengan menanaman pohon- pohon di lingkungan kampus dan sekitarnya. Penanaman 53 pohon ini diprakarsai Fakultas Kehutanan UGM dan secara simbolis penanaman dilakukan di lahan terbuka depan gedung Diploma Ekonomi UGM hingga berbatasan kampung Kuningan.
Lima jenis pohon yang ditanam meliputi pohon pulai 15 pohon, Johar 10 pohon, Merbau 10 pohon, Hopea 10 pohon dan Jati 8 pohon.
Dekan Fakultas Kehutanan UGM Prof Dr Ir Mohammad Na’iem mengungkapkan tema yang diangkat adalah Trees for All. Bahwa dengan menanam pohon akan menghasilkan benefit, apakah itu yang touchable atau untouchable.
“Oleh karena itu, kami menyerukan kepada seluruh warga UGM untuk memelihara dan memperkaya tanaman-tanaman di lingkungan masing-masing,†ujarnya, Jum’at (30/11) di kampus UGM.
Program penghijauan kampus UGM ini, tidak terkait program pencanangan sejuta pohon. Karena sesungguhnya UGM sejak tahun 1978, sudah merintis penghijauan kampus. Yaitu mengganti tanaman-tanaman ketela pohon dengan berbagai macam pohon besar.
“Itu merupakan rintisan almarhum Prof Oemi Haniin Soeseno. Jadi pohon-pohon yang besar di UGM itu adalah warisan dari rintisan yang dilakukan di tahun 1978,†tambah Dekan.
Sebelum itu, kata Prof Na’iem, tepat di tahun 1956 UGM telah diwarisi empat lokasi pohon, yaitu lokasi pohon yang dikelola Fakultas Biologi, Taman Mini Hutan Pardian di utara Balairung, di Lembah dan pohon-pohon yang berada di Klebengan.
“Dengan empat lokasi ini, ditambah tanaman yang sudah ada diharapkan betul-betul mewarnai jalur hijau yang telah dirintis UGM melalui bagian perencanaan, sekaligus menjadikan UGM sebagai kampus yang hijau, kampus yang sehat, kampus yang bersih, kampus yang segar dan nyaman,†tambahnya lagi.
Seiring dengan itu Rektor mengungkapkan bahwa dengan memperhatikan hutan dan menanam pohon, dapat menjadi salah satu andalan UGM dalam memberikan sumbangsih bagi kelestarian alam dan lingkungan di masa depan. Sehingga cita-cita UGM menjadi world class university bisa pula dirintis melalui pengelolaan hutan.
Dalam pengelolaan hutan itu, kata Pak Djarwadi, Indonesia mestinya bisa lebih baik dari Singapura. Karena, sejarah menunjukkan masyarakat Singapura adalah pedagang, sementara masyarakat Indonesia adalah petani.
“Warga kita nampaknya memiliki perhatian dan kecintaan yang besar pada pohon-pohon. Sehingga melihat pohon rasanya bahagia. Pembiayaan penanaman pohon pun tidak seperti di Singapura, “ ujar Rektor.
Lebih lanjut, UGM kelak diharapkan menjadi kampus yang dikagumi dunia berkat pengelolaan hutannya. Baik pengelolaan pohon-pohonnya, proses dan hasilnya.
“Oleh karena itu saya berharap Fakultas Kehutanan meningkatkan net work dengan siapa dan kepada pak Dekan saya bertanya bias nggak ya setiap mahasiswa baru UGM dapat tugas menjadi orang tua angkat pohon mana, syukur bias melibatkan mahasiswa lama, dosen-dosen dan para tenaga kependidikan,†tandas Pak Djarwadi.
Secara simbolis pencanangan penghijauan kampus dilakukan Rektor dengan menanam pohon pulai, diikuti secara serentak Wakil Rektor Senior dan Wakil Rektor, Dekan, Direktur dan para Kepala Jurusan. (Humas UGM).