Inisiatif teknologi informasi sesungguhnya berupa diperolehnya kebijaksanaan (wisdom). Institusi tidak hanya harus memiliki data dan informasi mengenai lingkungan internal maupun eksternalnya, namun lebih dari itu ia harus mampu mengolah data dan informasi tersebut menjadi pengetahuan (knowledge) dan kebijaksanaan, agar setiap keputusan manajemen dan eksekusi tindakan memberikan hasil yang optimal bagi semua pihak.
Demikian disampaikan Prof. Dr. Jazi Eko Istiyanto, M.Sc di ruang Balai Senat UGM, Rabu (1/2) saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UGM. Mengucap pidato “Filosofi Open-Source: Software dan Hardware”, Jazi mengungkapkan Open-Source merupakan suatu metode pengembangan perangkat lunak secara bersama-sama oleh banyak orang yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Dimana mereka berhak untuk mengunduh, mengembangkan, dan memodifikasi kode sumber untuk kepentingan bersama.
Metode ini, kata Jazi, berkembang menjadi suatu gerakan yang menghasilkan aplikasi-aplikasi besar, seperti Apache Web Server, Sistim Operasi Linux dengan segala variannya (Debian, FreeBSD, OpenBSD, Ubuntu dll), browser web Firefox, care2x untuk sistim informasi rumah sakit dan lain-lain. “Pengembangan open-source ini memiliki beberapa karakteristik penting dari metode pengembangan perangkat lunak closed-source,” katanya.
Beberapa karakteristik penting dari pengembangan open-source diantaranya kode sumber (source code) dapat diunduh, dimodifikasi, dan dikembangkan oleh pengguna. Dimana pengguna sebelumnya hanya ditempatkan di sisi konsumen, namun kini ditempatkan juga di sisi pengembang (developer). Selain itu, Programmer tersusun atas programmer inti (core developers), programmer tambahan (peripery developers), dan pelapor bug (bug reporters), yang direkrut sukarela. Bahwa pengembangan dilakukan secara kolaborasi dengan menggunakan media penghubung internet. “Dan sedikit sekali mempergunakan metodologi formal. Fokus pengembangan secara kode terbuka dengan memakai dua hal, yaitu menambah fitur dan melakukan perbaikan terhadap bug yang dilaporkan,” tutur Ketua Jurusan Ilmu Komputer dan Elektronika, FMIPA UGM.
Ditambahkan Jazi Open Source Hardware (OSH) sedikit berbeda dari Open-Source Software (OSS). Rancangan hardware (khususnya chip), tidak sepenuhnya bebas diakses publik, sebab diperlukan dana riset dalam desain chip dan bahan material hardware tersebut. Meski begitu pada sisi pengguna hardware, desain implementasi chip, baik rancangan skematik maupun source code program pengendali chip, misalnya program mikrokontroler Arduino dapat bebas diakses oleh publik. “OSH merupakan tipe pure open model sehingga dapat menghasilkan produk tanpa melibatkan elemen intellectual Property (IP), dan mayoritas bisnis hardware merupakan kolaborasi antara strategi development dan gabungan antara open-source dan closed-source hardware,” pungkasnya. (Humas UGM/ Agung)