YOGYAKARTA-Wakil Presiden Boediono menghadiri acara pengukuhan guru besar Prof.Denny Indarayana, S.H., LL.M., Ph.D di Balai Senat UGM, Senin (6/2). Wapres yang didampingi oleh Ibu Herawati Boediono, hadir bersama Gubernur DIY Sri Sultan HB X beserta GKR Hemas, Rektor UGM Prof.Ir.Sudjarwadi beserta ibu.
Selain Wapres, pengukuhan guru besar Denny Indrayana juga dihadiri oleh para pejabat negara seperti Ketua DPR Marzuki Alie, Ketua MK Mahfud M.D.,serta Ketua KPK Abraham Samad. Selain itu nampak pula beberapa menteri, wakil menteri maupun anggota DPR dan DPD RI.
Pada pengukuhannya sebagai guru besar pada Fakultas Hukum UGM, Denny Indrayana mengangkat pidato pengukuhan yang berjudul Sistem Presidensial Yang Adil dan Demokratis.
Dalam kesempatan tersebut Denny mengatakan bahwa sistem presidensial yang adil dan demokratis adalah adonan dan perpaduan yang berimbang antara kewenangan dan pembatasan antara dukungan politik dan kontrol oposisi. Meskipun, kekuasaan yang berimbang semata bukanlah tujuan.
“Keberimbangan yang mutlak justru akan berbahaya. Seimbang mutlak menghadirkan kebuntuan. Dalam sistem kekuasaan yang terlalu berimbang, yang mungkin muncul adalah keriuhan dan sensasi politik semata, tanpa solusi,”kata Wakil Menteri Hukum dan HAM itu.
Untuk itu dalam pidato pengukuhan tersebut Denny merumuskan adanya sistem presidensial yang adil dan demokratis yaitu sistem presidensial efektif (PE) yang memerlukan kewenangan konstitusional (KK),dukungan politik (DP) di samping kontrol (K). Atau dalam rumus matematisnya, yaitu PE=KK+DP+K.
Diakui Denny, pasca reformasi tahun 1998 hingga sekarang, sistem presidensial Indonesia melahirkan kewenangan konstitusional presiden yang jauh berkurang, buah dari empat perubahan UUD 1945 dan berbagai peraturan perundangan yang mengurangi kewenangan presiden. Bukan hanya kewenangan konstitusional yang berkurang, lebih jauh dukungan dukungan politik pun tidak pernah mencapai mayoritas , salah satunya karena hadirnya lagi sistem multipartai.
“Salah satu kewenangan paling strategis yang dibatasi adalah kewenangan presiden dalam hal pengangkatan dan pemberhentian pejabat negara,â€papar pria kelahiran Kotabaru, Kalimantan Selatan, 11 Desember 1972 itu.
Meskipun ada pengurangan kewenangan presiden, Denny berpendapat bahwa pengurangan kewenangan presiden itu bukanlah suatu masalah. Justru pengurangan kewenangan itu diperlukan untuk menghindarkan presiden menjelma menjadi pemimpin yang otoriter, karena mempunyai kewenangan yang besar tanpa kontrol. Justru, menurut Denny yang harus dikaji kali ini adalah terus berlanjutnya kecenderungan untuk mengurangi kewenangan presiden.
“Yang problematik bukan membaiknya pembatasan kewenangan presiden itu, namun lebih minimnya dukungan politik mayoritas kepada presiden. Ini harus dicarikan solusi, salah satunya dengan mendesain sistem partai politik yang lebih sederhana,â€tegas Denny.
Dari paparan yang disampaikan oleh Denny dalam pidato pengukuhan guru besar tersebut, ia menegaskan bahwa untuk mendesain sistem pemerintahan presidensial yang efektif, yang adil dan demokratis, akan tergantung pada kewenangan konstitusional yang cukup, dukungan politik yang harus mencapai minimal mayoritas sederhana di parlemen, dan kontrol yang tetap efektif, tidak hanya dari negara namun juga non-negara, terutama dari masyarakat madani dan pers yang bebas.
Kewenangan konstitusional presiden harus cukup, agar tidak justru menghadirkan paradoks antara legitimasi yang kuat dari dukungan pemilih yang tinggi, dengan kekuasaan pemerintahan yang sangat terbatas. Selain kewenangan konstitusional, dukungan politik presiden harus disediakan melalui sistem partai politik yang lebih sederhana serta bangunan koalisi yang solid, yaitu perpaduan antara koalisi ideologis secara kualitas dan koalisi pas-terbatas secara kuantitas.
“Di samping kontrol oposisi yang formal-konstitusional, kontrol kepada presiden juga harus dibuka dari segi kontrol sosial. Dan akhirnya sistem presidensial yang efektif, adil dan demokratis hanya akan lebih mungkin terwujud dengan formulasi tadi, yaitu PE=KK+DP+K,â€pungkas Denny (Humas UGM/Satria AN)