YOGYAKARTA – Pemerintah berencana akan menggunakan International Financial Reporting Standard (IFRS) sebagai standar akuntansi sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). Rencananya mulai tahun 2012, pemerintah dan perusahaan bisnis akan beralih menggunakan IFRS sebagai pengganti standar akuntansi US GAAP (United States Generally Accepted Accounting Principles).
Menurut Anggota Partner PricewaterhouseCooper (PwC), Dhojan Pinnarwan, S.E., BAP, munculnya IFRS tak bisa dilepaskan dari perkembangan global terutama yang terjadi pada pasar modal. Ditambah, perkembangan teknologi informasi di lingkungan pasar yang terjadi begitu cepat yang berdampak pada banyak aspek di pasar modal, hingga ketersediaan jaringan informasi ke seluruh dunia. Bahkan, dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi informasi pasar modal, jutaan atau bahkan miliaran investasi dapat dengan mudah masuk ke lantai pasar modal di seluruh dunia tanpa dihalangi oleh teritori Negara. “Perkembangan yang mengglobal seperti ini dengan sendirinya menuntut adanya satu standar akuntasi yang dibutuhkan oleh pasar modal atau lembaga yang memiliki agency problem,†kata Djohan saat menjadi pembicara dalam seminar ‘IFRS Development and Integrated Reporting’ di ruang audiovisual FEB UGM, Jumat (3/2).
Meski IFRS belum menjadi one global accounting standard, namun standar ini telah digunakan 150-an negara termasuk Jepang, China, Kanada, dan 27 negara di Uni Eropa. Sedikitnya 85 negara tersebut telah mewajibkan laporan keuangan mereka menggunakan IFRS untuk semua perusahaan. Begitu pun perusahaan yang go intertnational atau memiliki partner dari Uni Eropa, Australia dan Rusia dan beberapa Negara di Timur Tengah .
Djohan menambahkan, lewat IFRS bisa diketahui bagaimana perusahaan menyusun laporan keuangan berdasarkan standar yang bisa diterima secara global. Apabila sebuah negara beralih ke IFRS artinya negara tersebut sedang mengadopsi bahasa laporan keuangan global yang akan membuat perusahaan bisa dimengerti oleh pasar dunia. “Beralih ke IFRS bukanlah sekedar pekerjaan mengganti angka-angka di laporan keuangan, tapi mengubah pola pikir dan cara semua elemen di dalam perusahaan,†katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)