YOGYAKARTA – Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 7,1 Milyar untuk 29 paket kegiatan riset dan teknologi di provinsi DIY. Dana tersebut digunakan untuk pengembangan empat kategori program ristek meliputi Sistem Inovasi Daerah (Sida), Sistem Inovasi Nasional (Sinas), Peningkatan Kapasitas Peneliti dan Perekayasa (PKPP), Diseminasi Teknologi Spesifikasi Lokasi (Speklok). “Dana program ristek untuk DIY sekitar Rp 7,1 Milyar. Dana ini cukup besar. Kegiatan utamanya dilaksanakan di Gunung Kidul dan Bantul,†kata Menristek, Gusti Mohammad Hatta, usai menjadi pembicara kunci dalam Annual Scientific Meeting di Fakultas Kedokteran UGM, Sabtu (3/3).
Dia menyebutkan untuk sistem inovasi daerah yang dilaksankan adalah pengangkatan air bawah tanah dengan menggunakan pompa air. Kegiatan inovasi ini bertujuan untuk memenuhi ketersediaan air bagi masyarakat yang sulit mendapatkan air di kabupaten Gunung Kidul. Pompa tersebut hasil buatan Fakultas Teknik UGM. “Yang berbeda pompa ini tidak menggunakan listrik,†katanya.
Selain itu, dana ristek juga dimanfaatkan untuk pengembangan riset dan teknologi 38 kincir air di pantai pandansimo bantul dan mendukung lomba inovasi peluncuran roket. Semua kegiatan tersebut melibatkan kalangan peneliti dari perguruan tinggi. Dengan harapan hasil penelitian perguruan tinggi bisa diaplikasikan langsung ke masyarakat. “Ada sekitar 16 penelitian SINAS dari Perguruan tinggi yang diaplikasikan di DIY ini,â€katanya.
Menurut Gusti, penerapan inovasi bukan hanya pada tataran nasional saja, namun juga pada tingkat daerah dimana setiap daerah memiliki keunikan masing-masing sehingga inovasi dan teknologi yang dibutuhkan pun akan sangat berbeda antara satu dengan lainnya. “Untuk tingkat nasional kita mengelola dana ristek mencapai sekitar 4 triliun, mengkoordinir 7 lembaga riset seperti Lipi, Lapan, Batan,†katanya.
Diakui Gusti, dana yang di kelola Ristek saat ini baru sebesar 0,08 persen dari PDB. Dana tersebut dinilainya masih kurang. Seharusnya minimal satu persen dari dana PDB. “Di Jepang mencapai 3 persen, namun 2 persen didapatkan dari swasta,†katanya.
Kendati masih minim, beberapa hasil riset yang didukung oleh Ristek rencananya akan diproduksi massal dan bisa dimanfaat masyarakat. Salah satunya produksi vaksin H5N1 hasil penelitian perguruan tinggi. Disamping itu ada juga temuan dari Batan yang berhasil menemukan isotop radioaktif pelacak kanker. (Humas UGM/Gusti Grehenson)