YOGYAKARTA – Pusat Studi Pancasila (PSP) UGM berencana menyelenggarakan kongres Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan pada 7-8 Mei 2012 di Grha Sabha Pramana. Kongres ini mendiskusikan tentang kebijakan dan srategi pendidikan nasional, konsep-konsep dasar pendidikan dan aplikasinya, serta pendidikan dalam pembangunan peradaban dan kebudayaan. Kongres yang mengusung tema ‘Pembangunan Karakter Bangsa melalui Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan dalam menghadapi Globalisasi’ mengundang peserta dari perwakilan PTN/PTS, guru, dosen, peneliti, mahasiswa, birokrat, legislator, politisi, dan tokoh masyarakat.
Ketua tim pengarah Prof. Dr. dr. Sutaryo, Sp.A (K)., mengatakan tujuan dilaksanakan kongres ini agar konsep pendidikan, pengajaran dan kebudayaan nasional dapat disatukan kembali. Pasalnya pendidikan, pengajaran dan kebudayaan saat ini dilakukan secara terpisah. Padahal tujuan pendidikan dan pengajaran seharusnya untuk kebudayaan, yakni memanusiakan manusia berdasarkan kebangsaan. “Bila filosofinya dipisah, maka undang-undangnya pun jadi terpisah dan pelaksanaannya juga terpisah, seharusnya ketiganya tidak boleh dipisah,†kata Sutaryo kepada wartawan, Senin (12/3).
Diakui Sutaryo, pendidikan dilaksanakan untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti, pikiran dan tumbuh anak didik melalui pendidikan berjiwa jatidiri bangsa yang dapat mengangkat derajat bangsa dan negara untuk memuliakan segenap manusia. Bidang pengajaran dilaksanakan untuk memberi ilmu pengetahuan serta kepandaian dalam rangka memajukan kecerdasan pikiran serta berkembangnya budi pekerti.
“Hal inilah yang membedakan konsep pendidikan ketimuran dengan barat. Sistim pengajaran barat menitikberatkan pada intelektual, sedangkan sistim pengajaran ketimuran mengembangkan intelektual dan budi pekerti,†katanya.
Ketua panitia pelaksana, Dr. Kunjana Rahardi, M. Hum., mengatakan hasil kongres ini akan rekomendasi kepada pengambil kebijakan. “Hasilnya diserahkan kepada pengambil kebijakan, agar pendidikan nasional kita kembali ke khittah,†ujar dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini.
Rencananya, kongres akan dibuka langsung oleh Rektor UGM, menghadirkan dua pembicara kunci Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Prof. Dr. Muhammad Nuh. Beberapa pembicara yang diundang hadir, KH. Mustofa Bisri, Dik Doang, Dr. Anies Baswedan, Prof.Dr. Malik Fadjar dan Prof. Dr. Sri Edi Swasono. (Humas UGM/Gusti Grehenson)