Hanya kecerdasan spiritual dan kompetensi emosi yang berpengaruh terhadap kompetensi kepemimpinan. Dari hipotesis yang berkembang menunjukkan integritas, manajemen diri dan keterampilan sosial berpengaruh terhadap keterampilan manajerial, semantara integritas dan kewajiban sosial berpengaruh terhadap keterampilan humanistis, sedangkan kemampuan, tanggapan sosial, kesadaran diri dan kesadaran sosial berpengaruh terhadap keterampilan konseptual.
Demikian hasil penelitian Dra Arumwardhani Nusandari MSi yang disampaikan saat ujian terbuka program doktor UGM Bidang Ilmu Psikologi, Jum’at (15/8). Promovenda mempertahankan desertasi “Pengaruh Kecerdasan Spiritual, Tanggungjawab Sosial Korporat, Dan Kompetensi Emosi Terhadap Kompetensi Kepemimpinan” dengan bertindak selaku promotor Prof Dr Asip F Hadipranata dan kopromotor Sugiyanto PhD serta Fathul Himam MPsi MA PhD.
“Kompetensi emosi memiliki pengaruh yang paling terhadap kompetensi kepemimpinan yang ditunjukkan dengan besarnya kontribusi dibandingkan dengan variabel bebas lainnya. Hasil ini tampak pada kesempatan yang diberikan manajemen bagi seluruh karyawan untuk dapat meraih jabatan yang lebih tinggi, memiliki kelompok kerja yang solid, memiliki kemampuan membangun ikatan kerja, sehingga menciptakan suasana kerja yang nyaman,” ujar Arum, staf pengajar Sekolah Pariwisata “PURUHITA” Surabaya ini.
Dalam ujiannya Arum menjelaskan, kemampuan meningkatkan orientasi terhadap pelayanan yang dimiliki responden, menciptakan inovasi dan kreativitas dalam menjaga keamanan dan kenyamanan pengguna jasa menjadi sasaran utama pihak manajemen, mengelola konflik yang terjadi agar dapat menghindari dampak kerugian yang lebih meluas terutama dari sektor keamanan, kesejahteraan lingkungan dan proses operasional kerja yang berkaitan dengan pengawasan dan pemeliharaan aset-aset perusahaan. Demikian pula keterampilan sosial pun memiliki pengaruh yang paling besar terhadap komponen keterampilan manajerial, dibandingkan pengaruh pada komponen-komponen pendukung variabel terikat.
“Seiring dengan berkembangnya keterampilan manajerial, hasil uji dari beberapa responden menunjukkan bahwa keterampilan sosialpun turut berkembang pula. Hal ini ditandai dengan mulai berkembangnya kelompok kerja menjadi suatu kelompok kemitraan yang kuat, menghindari konflik dengan memperlancar komunikasi dalam hubungan antar personal, baik dengan atasan, rekan kerja, ataupun bawahan, serta memberikan pengaruh positif mengenai keberadaan kancah dan keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh,” jelas perempuan kelahiran Bogor 5 Juni 1961 ini.
Uji hipotesis dari pengumpulan data terhadap 75 karyawan PT Jasa Marga (Persero) setingkat manajer madya dari tingkat pendidikan mulai Diploma hingga strata 3, gambaran umum menunjukkan bahwa lebih banyak responden merasa kurang puas dan tidak puas dengan posisi jabatan saat ini daripada responden yang merasa puas. Hal ini pula yang mempengaruhi hasil penelitian secara keseluruhan.
“Banyaknya komponen-komponen yang tidak berkorelasi secara signifikan ada baiknya mendapat perhatian dari pihak puncak manajemen. Karena meskipun secara resmi komponen-komponen telah ada tetapi ada kemungkinan hal ini kurang disosialisasikan pada seluruh karyawan. Oleh karena itu masukan-masukan, kritikan-kritikan ataupun saran-saran dari masyarakat luas maupun pengguna jasa merupakan hal penting untuk dipertimbangkan, karena dapat dijadikan sebagai dasar kebijakan dalam mempersiapkan pengembangan usaha. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan dan dikembangkan pada penelitian selanjutnya sampai pada kinerja dan outcomes organisasi,” tukas Arum (Humas UGM)