Yogya,KU
Sedikitnya sebelas sektor penyusun industri priwisata yang memberikan dampak ekonomi cukup kuat di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Enam sektor diantaranya memiliki keterkaitan dalam pengembangan industri, sektor industri mutiara, restoran, angkutan travel dan wisata, perhotelan non berbintang, angkutan udara dan industri ukiran kayu. Sisanya, perhotelan berbintang, industri gerabah, penukaran uang, atraksi budaya dan pramuwisata belum menjadi sektor kunci.
Demikian hasil penelitian Disertasi yang disampaikan Drs Lalu Fathurahman Msc dalam ujian Promosi Doktor Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, di ruang auditorium BRI, Jumat (15/8). Dalam mempertahankan disertasi dihadapan penguji yang berjudul â€Dampak Ekonomi Industri Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Baratâ€, disebutkan bahwa Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia yang sedang mengalami peningkatan pertumbuhan kunjungan wisatawan selama periode 1999-2005 yang mencapai rata-rata 5,78 persen per tahun.
“Pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan utama dalam menghasilkan devisa diberbagai negara seperti Thailand, Singapura, Filipina, Maladewa, Hawaii, Tonga, Galapagos, Barbados dan kepulauan Karibia. Maka dari itu Industri pariwisata di NTB diharapkan memiliki keterkaitan ke belakang yang kuat dengan sektor-sektor ekonomi lainnya,†imbuhnya
Diakui oleh Kepala Bapedda NTB ini, pengembangan industri pariwisata di NTB telah berdampak positif terhadap pendapatan regional (PDRB), penyerapan tenaga kerja dan pemerataan distribusi pendapatan masyarakat.
“Dampak positif tersebut terjadi akibat dari keterkaitan antarsektor dalam proses produksi guna memenuhi permintaan,†jelasnya.
Yang menjadi fokus penelitiannya, Faturahman menjelaskan dukungan dan pembinaan terhadap atraksi seni budaya perlu ditingkatkan dalam upaya meningkatkan struktur obyek pariwisata NTB sehingga tidak semata-mata mengandalkan obyek wisata alam tetapi dapat dikembangakan seperti di daerah lain, Bali dan DIY yang memiliki obyek wisata alam dan wisata budaya yang sama-sama berkembang dengan baik.
Objek-objek wisata budaya terutama seni dan budaya, menurut pria kelahiran Lombok Timur, 29 Nopember 1954, sangat banyak menyerap tenaga kerja tetapi belum berperan memadai keterkaitan dan dampak bagi industri pariwisata, sehingga perlu dikembangkan agar dapat menjadi objek wisata yang menjadi setingkat dengan obyek wisata alam sebagaimana peranan seni budaya pada daerah tujuan wisata lainnnya seperti Bali dan sebagainya.
Sementara penyerapan tenaga kerja dari industri pariwisata di bidang jasa hiburan dan atraksi budaya diakuinya cukup besar yakni mampu menyerap sekitar 30 ribu orang tenaga kerja dari 47 ribu tenaga kerja yang bekerja di bebagai sektordi NTB.
Selain atraksi seni budaya, imbuhnya, industri mutiara perlu mendapat perhatian khusus dalam hal pembinaan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi dan dukungan dalam proses perdagangan terutama dalam proses promosi. (Humas UGM/Gusti Grehenson)