Semua pihak berharap rumah sakit tidak sekedar melakukan pelayanan di saat kondisi normal, tetapi rumah sakit dituntut selalu siap dan tanggap bila terjadi bencana. Dalam kondisi normal orang sakit dibawa ke rumah sakit merupakan suatu pemandangan yang biasa. Namun di saat bencana tentu dibutuhkan penanganan yang luar biasa, mulai dari kebutuhan ruang hingga jumlah tenaga medis. “Jumlah kapasitas ruang tentu melebihi, kalau semua tidak siap tentu bisa kacau. Karenanya rumah sakit perlu melakukan safe hospital,” ujar Dr. Hendro Wartatmo, Sp.B.KBD, di Sekolah Pascasarjana UGM, Jum’at (30/3) pada Seminar Tanggap Darurat Bencana.
Bagaimanapun, menurutnya, rumah sakit harus bisa membedakan kondisi bencana atau tidak. Jika kondisi bencana rumah sakit mengelola seperti dalam kondisi normal tentu sangat kacau. “Misal saja, segera butuh penanganan medis pasien masih harus ditanya macam-macam, soal identas, pembayaran dan lain-lain,” papar Hendro wartatmo, dosen Magister Manajemen Rumah Sakit UGM.
kata Hendro, di Rencana Strategis Dinas Kesehatan RI tercatat 120 rumah sakit memenuhi kriteria rumah sakit siaga bencana. Meski dalam kenyataan rumah sakit tersebut sesungguhnya tidak memenuhi standar sebagai Hospital Disaster Plan. “Hanya untuk kebutuhan akreditasi banyak rumah sakit seolah memenuhi syarat syarat sebagai hospital disaster plan. Tapi sayang terkadang hanya untuk memenuhi dokumen, karena dalam kenyataan mereka tidak memiliki program untuk kejadian luar biasa bencana” tambahnya.
Karenanya Hospital Disaster Plan seharusnya dibuat sebagai syarat dari rumah sakit bukan hanya sebagai syarat formalitas saja. Dalam HDP tersebut terdiri dari beberapa komponen, jadi seandainya dalam suatu penilaian yang dilakukan terhadap rumah sakit mengenai kepemilikan HDP, maka tidak bisa hanya dengan melihat ada atau tidaknya struktur organisasinya, melainkan komponen lain yang ada dalam HDP tersebut. “Pada proses penyusunan modul umumnya rumah sakit harus membuat tim baru kemudian penyamaan persepsi untuk HDP bukan hanya untuk akreditasi saja, namun memang benar-benar sebagai suatu perencanaan rumah sakit dalam penanggulangan bencana,” katanya. (Humas UGM/ Agung)