Lagi-lagi, salah satu mahasiswi UGM menorehkan prestasi di tingkat internasional. Kali ini prestasi ditorehkan mahasiswi semester tujuh Fakultas Kehutanan UGM, Choiriatun Nur Annisa. Ia terpilih menjadi wakil presiden asosiasi mahasiswa kehutanan sedunia (International Forestry Students` Association/IFSA) melalui pemungutan suara di Sidang Umum IFSA belum lama ini di Bulgaria.
Choiriatun Nur Annisa terpilih setelah mengungguli calon dari Slovakia. Sementara Lina Farida Jihadah, mahasiswi semester tiga Fakultas Kehutanan UGM terpilih sebagai “Asia Regional Representative”.
Menanggapi prestasi Nisa, panggilan akrab Choiriatun Nur Annisa, Sekretaris III Penerangan, Sosial dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia (Pensosbud KBRI) Sovia, Aditya Timoranto Sabtu (16/8) mengatakan bila kedua mahasiswi UGM tersebut kebetulan sedang mengikuti “International Forestry Students Symposium” (IFSS) ke-36 di Bulgaria.
IFSS ke-36 yang berlangsung hingga tanggal 16 Agustus 2008 diikuti 100 mahasiswa dari 37 negara, empat negara di antaranya dari Asia yaitu Indonesia, Korea Selatan,Jepang dan Taiwan. Forum IFSS dibuka Presiden Bulgaria, Georgi Purvanov didampingi Prof Bozhidar Dimitrov dan Ketua State Forestry Agency Bulgaria serta Prof Nino Ninov serta Rektor University of Forestry.
IFSS merupakan wadah pertemuan para anggota IFSA dari seluruh dunia. Pertemuan kali ini mengangkat tema “Forest for the future” dan diselenggarakan di University of Forestry di Bulgaria.
Dalam pertemuan IFSS dibahas berbagai isu antara lain manajemen kehutanan, teknologi pengolahan hasil hutan, perubahan iklim, kebakaran hutan, illegal logging.
Terpilihnya Nisa, menurut Aditya Timoranto sebagai sesuatu yang membanggakan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai wakil Indonesia yang memiliki kekayaan hutan, peran mahasiswi UGM diakui sedunia serta mampu memperlihatkan kepedulian Indonesia pada masalah-masalah lingkungan hidup yang melanda dunia belakangan ini.
Dengan terpilih dan mendapat kepercayaan itu, tentu Nisa merasa gembira. “Sebagai warga Indonesia dan Asia, saya merasa bangga dapat terpilih. Pendekatan dan sikap saya, tanpa meninggalkan adat ketimuran, ternyata bisa diterima oleh teman-teman dari negara-negara lain,” tutur Nisa.
Iapun berpesan kepada mahasiswa Indonesia, agar percaya diri dan terbuka terhadap perkembangan yang terjadi di dunia tanpa meninggalkan jati diri sebagai orang Indonesia.
IFSS bagi Nisa bukan sesuatu yang asing. Sebelumnya, ia pernah mengikuti IFSS di Afrika Selatan pada tahun 2007 dan terpilih sebagai “Asia Regional Representative”.
Prestasi yang diraih Nisa dan Lina sebagai pengurus IFSA, menurut Aditya Timoranto membawa dampak positif mengingat Indonesia menurut rencana pada tahun 2009 akan mendapat giliran menjadi tuan rumah IFSS. Meski sebelumnya Indonesia pernah menjadi tuan rumah forum serupa di tahun 2002. (Humas UGM)