YOGYAKARTA-Indonesia dimata pemerintah Jepang semakin lama terus berkembang. Bukan lagi sebagai negara berkembang namun sudah menjadi negara maju. Setidaknya ini bisa dilihat dari semakin berkurangnya jumlah gelandangan pengemis serta pengangguran di beberapa kota besar Indonesia. Hal itu ditegaskan oleh Direktur Jenderal Japan Foundation, Ogawa Tadashi, di sela-sela Seminar Japan-Indonesia Bilateral Relations: Redefening Strategic Partnership, Maintaining Regional Leadership di Fakultas ISIPOL UGM, Kamis (12/4).
“Jika dibandingkan dengan kondisi Indonesia tahun-tahun sebelumnya nampaknya Indonesia sudah menjadi negara maju dan bukan lagi negara berkembang,â€papar Ogawa.
Melihat kemajuan pesat Indonesia ini menurut Ogawa posisi kedua negara bisa dikatakan sejajar. Dengan begitu akan semakin terbuka lagi pengembangan kerjasama antara kedua negara baik di bidang kebudayaan, pertukaran pemuda, hingga persoalan mitigasi bencana.
“Sudah tidak ada sebutan hubungan antara ‘guru dan siswa’ lagi. Keduanya equal,â€kata Ogawa.
Di samping sektor bisnis dan industri, pengembangan local wisdom (kearifan lokal) melalui seni dan budaya, wayang maupun tari-tarian, imbuh Ogawa, terbuka dilakukan. Apalagi selama ini masyarakat Jepang senang dengan seni dan budaya Indonesia.
Sementara itu Dosen Jurusan Hubungan Internasional (HI) UGM, Dra. Siti Daulah Khoiriati, M.A. menuturkan sektor sosio-kultural memainkan peranan penting dalam diplomasi publik dan meningkatkan regionalisme berbasis people-to-people connection seperti yang diimpikan oleh ASEAN. Pertukaran pelajar, proyek kolaborasi akademik, dan masifnya pengaruh J-pop, sebagai contoh, memiliki kontribusi signifikan dalam mempererat hubungan Indonesia dan Jepang. Selain itu, politik dan ekonomi, menjadi strategi diplomasi utama dalam hubungan Jepang dengan Asia Tenggara.
“Sejak akhir abad keduapuluh, terdapat official development assistance dan foreign direct investment kepada negara-negara anggota ASEAN,â€kata Daulah.
Daulah mengatakan sekalipun kedua belah pihak telah merasakan hubungan kerjasama yang saling menguntungkan selama beberapa dekade terakhir, namun dinamika Asia Timur dan Asia Tenggara tetap perlu ditinjau kembali untuk dapat menjaga manfaat dari hubungan bilateral kedua negara. Pengertian serta perspektif baru menjadi krusial dalam membentuk masa depan hubungan baik Jepang dan Indonesia dalam kerangka kerja yang lebih efektif.
“Jepang saya rasa tertinggal informasi tentang Indonesia misalnya mulai masuknya kerjasama dengan China atau Korea. Tapi ke depan Jepang termasuk dunia industrinya tidak akan bisa lepas bekerjasama dengan Indonesia apalagi jika dikaitkan dengan tingginya nilai tukar mata uang Yen,â€pungkas Daulah (Humas UGM/Satria AN)