Keluarga Kristiani Universitas Gadjah Mada (KAKRISGAMA) menyelenggarakan acara Paskahan bersama di University Center (UC) UGM, Jum’at, (20/4). Kegiatan diawali dengan Ibadat Eukumene dan dilanjutkan sarasehan bertema “Mewujudkan Keluarga Kristiani UGM Yang Semakin Beriman, Peduli dan Berbagi”. Hadir pembicara Romo Prof. Dr. FX Mudji Sutrisno, SJ, Romo Dr. Robertus Rubyatmoko, Pr, dan Prof. Bono Wiratmo, dosen UKDW dengan moderator Dr. T. Hani Handoko, MBA.
Kata Romo Mudji terkait peristiwa Paskah cukup bisa dimengerti kondisi cemas para rasul ketika memasuki makam dan melihat makam kosong. Namun kondisi tersebut berbeda dengan pengalaman para perempuan yang mencoba masuk ke makam dan menemukan Malaikat beserta Tuhan Yesus yang bangkit dengan cara yang baru. “Itu artinya mengajak kita untuk tidak lagi kembali pada model-model lama, namun harus tetap mencari Tuhan di jaman sekarang ini,”katanya.
Untuk itu, Gereja harus hadir dan akarnya harus dibawa ke pasar kehidupan. Pasar kehidupan yang telah disucikan dengan keimanan. “Meski begitu jangan berhenti di pasar saja, namun kembali ke akar,’ katanya lagi.
Romo Mudji berharap bahasa syaloom dari orang Kristiani bisa menjadi bahasa keadilan untuk persoalan di bidang hukum dan menjadi bahasa pemerataan agar jurang kaya miskin menjadi tidak ada. Sebagaimana yang diperjuangkan dengan Westracht, dengan konsep petani Pancasila, atau konsep Kredit Union seperti saat ini.
Mestinya juga ungkapan Syaloom mampu diterjemahkan secara kultural, agar keluarga Kristiani dapat hidup berdampingan secara damai dan pas satu dengan yang lain. Namun sayang, situasi krisis dan terjadi disorientasi nilai dimana-mana, menjadikan yang indah dan benar yang kita cari untuk ilmu juga mengalami krisis. “Disinilah tantangannya, bagaimana kita dan keluarga kita bisa menterjemahkan itu semua kesana, dengan dua kendala yang terjadi dalam diri kita, yaitu selalu merasa minoriti dan mesti bersaing dengan kualitas,” imbuhnya.
Sementara itu, Romo Bono mengungkapkan bahwa semakin lama semakin disadari hidup orang beriman sekarang ini hidup dalam kehidupan antar iman. Kehidupan antar iman ditandai dengan munculnya inter religiositas, dimana apa yang di klaim Kristen, ternyata juga menjadi milik Islam, milik Hindu, milik Buda. Sedang, apa yang disebut berbagi telah cukup jelas, bahwa berbagi seperti UGM dalam dunia kademis mestinya berbagi pada masyarakat.” UGM yang relevan sosial tentu peduli bagi dunia akademis dengan mengembangkan dunia akademis sesuai kebutuhan masayarkat. Dengan orientasi seperti itu, keluarga kita tentu akan semakin Kristiani dan semakin berbagi,” ungkap Romo Bono.
Bagi Romo Rubi, Iman yang menghidupi adalah iman yang secara nyata menghadirkan Tuhan. Iman yang diwujudkan dalam kepedulian untuk memperhatikan dan berbagi. “Tidak usah jauh-jauh, lihat keluarga kita masing-masing, masih adakah kepedulian terhadap pasangan dan anak-anak dari waktu ke waktu,” tuturnya. (Humas UGM/ Agung)