YOGYAKARTA – Pijat bayi merupakan suatu tradisi,terutama bagi orang Jawa yang sampai saat ini masih terus dilestarikan.Meski demikian, masih banyak praktik pijat bayi yang ternyata berbahaya bahkan berujung pada kematian. Untuk menyosialisasikan cara pemijatan bayi yang benar, Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM menyelenggarakan lomba pijat bayi, Sabtu (28/4).
Direktur Pelayanan Medis, Penunjang Medis dan Keperawatan RSA UGM, Prof. dr Sunartini Hapsara, Sp.A(K)., Ph.D., mengatakan Pijat bayi pada dasarnya baik untuk kesehatan bayi asalkan pelaksanaannya sesuai dengan cara sebenarnya. Pijatan pada bayi dapat dijadikan semacan rangsangan agar tumbuh kembang bayi lebih optimal. Namun kesalahan sedikit saat pemijatan,bisa enghilangkan nyawa sang bayi. “Yang paling sering terjadi ialah pendarahan otak akibat pemijatan terlalu keras di area kepala.Padahal kepala menjadi salah satu bagian dari bayi yang tidak boleh dipijat,†kata Sunartini kepada wartawan.
Sunartini mengungkapkan, kepala dan perut merupakan bagian yang sama sekali tidak boleh dipijat. Untuk menghindari dampak yang membahayakan bagi si bayi. Pasalnya angka kematian bayi akibat kesalahan pemijatan yang pernah ditangani oleh RSUP Dr Sardjito dan sudah dilaporkan tiap tahunnya mencapai 4–5 anak meninggal. Dan setiap tahunnya rata-rata ada 10 bayi yang mengalami pendarahan otak dan organ bagian dalam perut yang mengalami kelainan. Setelah ditelusuri, rata-rata akibat bayi yang dipijat dengan cara tidak benar.
Bagian tubuh lain yang sebaiknya mendapat sentuhan pemijatan ialah wajah. Hal tersebut dilakukan untuk merangsang otot-otot mengunyah dan menelan sang bayi.Ini juga merupakan solusi bagi bayi yang sulit makan. “Intinya, pijat bayi sekali lagi hanya stimulan dengan cara diusap-usap,†katanya.
Bagi bayi yang mengalami kesalahan dalam pemijatan, gejala awal yang bisa dideteksi ialah bayi menjadi kejang, bisa tidak sadarkan diri, seluruh bagian badan kaku. Jika kondisi ini tidak segera mendapatkan pertolongan,sang bayi bisa meninggal atau dapat mengalami kelumpuhan dan gangguan perkembangan otak pada awal pertumbuhan bayi.
Koordinator kegiatan pijat bayi dr. Domas Fitria mengatakan perlombaan yang unik tersebut dilakukan sebagai salah satu kegiatan untuk softlaunching RSA UGM. Lomba yang diikuti oleh 20 peserta ini baru pertama kali dilakukan di DIY. Tahun ini RSA berencana melakukan pembinaan kembali bagi para kader yang diharapkan mampu menularkan ilmu mereka kepada masyarakat dalam hal pijat bayi. Bekerja sama dengan puskesmas, sudah ada 30 kader yang dilatih. (Humas UGM/Gusti Grehenson)