
YOGYAKARTA – Mahasiswa UGM yang tergabung dalam kelompok Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) untuk pengabdian masyarakat mengembangkan pemanfaatan energi surya untuk mendukung usaha perikanan di desa Sendangsari, Minggir, Sleman, Yogyakarta. Diseminasi teknologi tepat guna itu berupa pemasangan 10 panel surya untuk mensuplai kebutuhan listrik untuk aerasi kolam pembibitan ikan gurame dan udang galah.
Untuk mengenalkan teknologi ini di kalangan petani ikan, empat orang mahasiswa teknik UGM memberikan pelatihan dan pendampingan untuk pengoperasian dan perawatan teknologi sel surya kepada kelompok tani budidaya ikan ‘Sembada Mina Mandiri’.
Saat ini sudah beroperasi sistem penyedia energi yang berasal dari 10 panel surya dengan kapasitas 1000 Wp yang dibantu oleh Kementerian Riset dan Teknologi. “Sejauh ini sudah dimanfaatkan untuk aerasi untuk 10 kolam bibit dan mampu menyuplai energi untuk penerangan 3 buah lampu di sekitar areal kolam,†kata Igib Prasetyaningsari, salah satu mahasiswa anggota kelompok PKM, Jumat (4/5).
Igib mengatakan penggunaan aerator dimaksudkan untuk mensuplai oksigen yang mencukupi pada kolam sehingga memberikan kemungkinan terbaik untuk ikan hidup dan berkembang. “Aerator juga dapat menghasilkan pergerakan air yang biasanya disukai oleh ikan,†kata mahasiswi jurusan teknik fisika ini.
Program pemberdayaan masyarakat dalam penggunakan energi terbarukan menurut Igib untuk mendukung kegiatan usaha perikanan. Dengan keberadaan listrik secara gratis, tentunya akan mengurangi biaya produksi, disamping penerangan dan aerasi kolam. Dengan demikian diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Kita ingin memberikan inspirasi, ilmu dan contoh nyata bagi wilayah-wilayah disekitarnya dalam memanfaatkan teknologi energi terbarukan untuk mendukung kegiatan perekonomian mereka,†katanya.
Anwar Hadi, 35 tahun, ketua kelompok budidaya ikan ‘Sembada Mina Mandiri’ mengaku mendapatkan manfaat dari pemasangan aerasi untuk kolam pembibitan. Pasalnya, mampu mengunrangi angka kematian bibit benih ikan yang sebelum mencapai 60-90 persen. Bahkan adanya lampu yang ditempatkan di sekitar areal kolam menurut Anwar mampu mencegah datangnya hewan pemangsa seperti kelelawar yang suka memakan ikan-ikan peliharaan.
Dari 10 kolam bibit seukuran 1×2 meter ini, masing-masing mampu menghasilkan 2000-4000 ekor ikan untuk setiap kali panen per 2 minggu. Untuk benih ikan seukuran ‘cupu’ ini dijual Rp. 100 – Rp. 150 per ekor. “Sementara masih dibeli oleh anggota kelompok tani sendiri yang mengelola kolam seluas 5 ha,†kata Anwar.
Keberadaan teknologi sel surya setidaknya bagi Anwar bersama 3 orang temannya harus tahu banyak bagimana merawat dan menjaga panel surya dalam kondisi baik. Tidak hanya rutin membersihakan panel, tapi juga harus lihai memperbaiki apabila ada salah satu komponen yang rusak. “Tidak masalah, yang penting kualitas bibit ikan selalu terjaga dengan baik. Kualitas bibit sangat menentukan hasil akhir pertambakan,†kata Anwar seraya membetulkan kabel-kabel yang berseliweran di sebuah rumah kecil yang mereka sebut ‘rumah aki’. (Humas UGM/Gusti Grehenson)