Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti nutrisi olahragawan UGM Mirza Hapsari S.Gz, RD selama tahun 2006 hingga 2008 menemukan kebanyakan klub sepakbola belum sepenuhnya memperhatikan pemenuhan gizi bagi pemain sepakbola. Penelitian ini dilakukan di tiga kota, Pasuruan, Bantul dan Yogyakarta.
“Meski didanai oleh dana APBD setiap tahunnya namun kebanyakan manajemen klub belum memerhatikan pengelolaan makanan secara mandiri dan profesional. Bahkan jumlah makanan yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan gizi pemain, padahal seorang pemain sepakbola memerlukan status dan asupan gizi yang baik dan seimbang,†kata mirza kepada wartawan dalam sosialisasi kegiatan Lustrum prodi Gizi Kesehatan FK UGM, Jumat (22/8) di Kampus UGM.
Diakui Mirza, dari penelitiannya disimpulkan bahwa belum adanya komitmen dan niat baik dari pemerintah daerah atau pihak manajemen klub untuk mengalokasikan dana secara proporsional untuk keperluan pemenuhan gizi para pemain sepakbola.
Menurut Mirza, rata-rata pemenuhan gizi yang diberikan kepada pemain sepakbola dari tiga klub yang diteliti hanya 2500-2800 kalori setiap hari atau lebih tinggi sedikit dari kebutuhan orang normal sekitar 2400 kalori setia hari.
“Idealnya untuk ukuran atlit dan olahragawan indonesia itu sekitar 3000 sampai 3500 kalori,†ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh ketua prodi Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran Prof Dr Hamam Hadi, kurangnya perhatian terhadap pemenuhan gizi bagi para olahragawan dan atlit menyebabkan merosotnya prestasi olahraga yanng dicapai oleh bangsa Indonesia.
“Tidak bisa tangkasnya para atlit saat bertanding dalam kejuaraan olah raga salah satu faktornya adalah kekurangan gizi dan tidak sedikit dari mereka juga menderita anemia,†ujarnya.
Diakui oleh Hamam Hadi, di negara maju prestasi olah raga diraih sangat cukup bagus karena adanya perhatian dalam hal masalah gizi para atlitnya.
Hamam Hadi juga sempat menyinggung tentang tingkat kesadaran masyarakat akan terhadap gizi masih rendah, sehingga masih banyak ditemukan anak yang kurang gizi di keluarga tidak mampu bahkan juga ada yang berasal dari keluarga mampu. Terbukti 36 persen penyebab orang menjadi pendek di Indonesia dikarenakan kekurangan gizi.
“Selama sepuluh tahun terakhir, 36 persen orang yang pendek di Indonesia disebabkan kurang gizi, dan data ini tidak pernah berubah,†katanya.
Untuk itu dalam rangka menyebarluaskan pesan kepada masyarakat mengenai gizi dan kesehatan, maka Prodi Gizi dan Kesehatan FK UGM mengadakan kegiatan lustrum yang dengan berbagai acara, diantaranya temu alumni, nutrition festival dan seminar nasional mulai tanggal 24 hingga 30 Agustus. (Humas UGM/Gusti Grehenson)