YOGYAKARTA-Dua belas mahasiswa program studi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK), Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik UGM yang tergabung dalam kelompok studi Planogama, pada 16-30 April lalu mendapat kesempatan untuk memperkenalkan Kampung Kota di empat Universitas di Jerman. Para mahasiswa itu adalah Zeindha Hamidi, Raisa Savitri Ramadani, Nur Azizzah Irawati, Akhmad Fais Fauzi, Mayang Rahmi Novita Sari, Nur Restiani Setyaningrum, Emi Fatma Widayani, Jati Pramono, Salsabila Daniastri, Diniarsari Nur Izzati, Wahyu Kusuma Astuti, dan Rendy Adriyan Diningrat. Dalam acara itu mereka didampingi oleh Ketua Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan UGM, Prof. Ir. Bakti Setiawan MA. PhD.
“Kami mendapat beasiswa study visit dari DAADâ€, ungkap ketua kelompok studi Planogama, Zeindha, Senin (14/5).
Zeindha menjelaskan DAAD (Deutscher Akademischer Austausch Dienst) merupakan sebuah lembaga pendidikan Jerman yang berperan dalam pelaksanaan program study visit dan study exchange bagi para mahasiswa. Para mahasiswa UGM tersebut diundang DAAD untuk mempresentasikan hasil penelitiannya di Universitas Stuttgart, Universitas Kassel, Universitas Weimar, dan Universitas Koln. Penelitian tersebut berjudul Kampung Kota sebagai Model Compact City di Indonesia dengan beberapa kampung di Yogyakarta sebagai studi kasusnya. Kampung-kampung tersebut ialah Kampung Ndalem, Kampung Alun-Alun, Kampung Kricak, dan Kampung Citran.
Dipilihnya kampung kota sebagai objek studi penelitian, kata Zeindha, dikarenakan kampung merupakan fenomena spatial yang unik di Indonesia. Berdasarkan riset yang dilakukan Mc.Gee pada tahun 1996, sekitar 80% kebutuhan huni di Indonesia dipenuhi oleh permukiman yang berada di area kampung. Berbeda dengan desa, kampung tumbuh di area perkotaan sebagai kawasan permukiman yang informal, organis, dan cenderung tidak terencana.
“Ini disebabkan karena sebagian besar penduduknya merupakan campuran dari kondisi ekonomi menengah kebawah dan terajut dalam kesatuan sosial yang harmonis,â€katanya.
Zeindha menambahkan dari penelitian yang dilakukan oleh kelompok studi Planogama, diketahui bahwa Kampung Kota di Indonesia dapat disebut sebagai model kota kompak (compact city) berdasarkan enam atribut penilaiannya. Atribut tersebut meliputi sejarah, kepadatan penduduk, penggunaan lahan, skala mobilitas, transportasi, dan juga kesejahteraan sosial. Dari segi historis, tiap Kampung memiliki nilai sejarahnya masing-masing. Misalnya saja, Kampung Ndalem dan Kampung Alun-Alun yang berada di Kotagede merupakan refleksi dari lokasi Kerajaan Mataram Islam sebagai pusat pertumbuhannya.
Menurut Zeindha dari gambaran keenam atribut tersebut dapat diketahui bahwa kampung merupakan permukiman organis yang telah merefleksikan model kota kompak. Kampung yang kompak (compact kampung) adalah wujud dari integrasi aktivitas penduduk, baik formal maupun informal, yang mudah dijangkau secara manusiawi sehingga optimal dalam pemanfaatan energi.
“Di Indonesia beberapa kampung menunjukan karakter yang slum (kumuh), berbagai program pemerintah atau pun inisiatif swasta telah banyak dilakukan untuk meningkatkan kualitas kehidupan kampung seperti Kampung Improvement Program (KIP). Nah, jika Jerman memiliki kota kompak yang serba terencana, Indonesia telah memulainya dengan permukiman tak terencana,â€pungkas Zeindha (Humas UGM/Satria AN)