Rumah bambu itu terlihat cukup sederhana. Namun, penghuninya tampak nyaman tinggal dan mulai merajut asa di hunian yang bersifat sementara itu usai banjir lahar dingin Merapi menerjang rumah mereka di sekitar Sungai Pabelan, Magelang . Hal tersebut terbingkai dalam sejumlah foto yang dipajang dalam sebuah pameran foto karya arsitektur buah cipta rancang salah satu Arsitek UGM, Dr. Ing. Ir. Eugenius Pradipto.
Pameran bertajuk “Ketika Kesederhanaan Bicara†ini diselenggarakan oleh komunitas arsitek alumni UGM “Jaran Goyangâ€, 12-15 Mei 2012 di Bentara Budaya Yogyakarta. Digelar sebagai wujud apresiasi terhadap prestasi yang ditorehkan oleh Pradipto. “ Pameran ini memang digelar sebagai apresiasi atas prestasi yang diraih alumni jurusan arsitek UGM,†kata Onno, selaku panitia pameran, Senin (14/5) di Bentara Budaya.
Dalam pameran kali ini dipamerkan sebanyak 64 foto yang mengungkapkan sejumlah karya arsitektur rancangan Pradipto yang kebanyakan merupakan karya yang diperuntukkan bagi masyarakat bawah. Sebanyak 32 foto memotret tentang rumah bambu yang digunakan sebagai hunian sementara masyarakat korban lahar dingin Merapi di Sudimoro, Magelang. Rumah bambu tersebut berhasil meraih penghargaan Karya Konstruksi Indonesia 2011 dari Kementrian Pekerjaan Umum pada kategori konstruksi tepat guna. Selanjutnya 19 foto yang lain mengambarkan karya Pardipto yang berupa Gereja St. Yakobus sementara di Klodran, Bantul. Sementara 13 foto lainnya membingkai tentang karya-karya lain Pradipto seperti rumah tinggal dan rumah budaya Tembi.
“ Foto-foto yang dipamerkan merupakan koleksi dari Pak Pradipto dan koleksi sejumlah arsitek alumni UGM yang gemar fotografi,†ujar Onno.
Selain menampilkan karya-karya dalam bentuk foto, dalam kesempatan tersebut turut dipamerkan dua karya Pradipto yang telah mendapatkan paten yaitu Sirap Wiru dan Batako Gedhek (Batako tembus angin).
“Tak sedikit yang menganggap karya Pak Pradipto sebagai sesuatu yang kurang berbobot. Namun karya-karyanya ini justru hal-hal yang membumi sekaligus dibutuhkan oleh banyak orang terutama masyarakat kelas bawah,†jelasnya.
Pameran ini terbilang unik. Seluruh foto yang terpampang tidak disertai dengan judul foto karena pesan yang tersirat lebih diutamakan. Para pengunjung diharapkan bisa berdialog langsung dengan Sang arsitek melalui foto yang terpajang.
Pada hari terakhir pameran, Selasa (15/5) akan diadakan “Bedah Karya Arsitektur†yang menghadirkan secara langsung Dr. Pradipto. Sementara sebagai pembahas adalah Ir. Eko Prawoto.
Sementara itu saat dikonfirmasi mengenai pameran yang didedikasikan untuknya itu, Pradipto merasa sangat tersanjung. Ia semakin mantap menekuni gaya arsitektur yang telah dipilihnya. ‘Jadi semakin mantap saja terhadap sikap dipilihan gaya arsitektur yang selama ini saya tekuni. Teman-teman mengapresiasi karya saya dan memberikan ruang sebagai suatu pilihan yang dibutuhkan “grass rootâ€, ungkap dosen Jurusan Teknik Arsitektur UGM ini. (Humas UGM/Ika)