Thassaralah, mahasiswi Fakultas Geografi UGM, terpilih sebagai duta Indonesia dalam International Exchange Participants yang diselenggarakan oleh AIESEC LC Engec-Guap di Saint Petersburg, Rusia. Ia memperoleh Beasiswa Unggulan Kantor Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia dan telah mengikuti serangkaian kegiatan pada 12 s.d. 31 Maret 2012.
Selain sebagai wadah pertemuan mahasiswa dari seluruh penjuru dunia, program ini bertujuan untuk menggali potensi kepemimpinan mahasiswa dan memberikan kontribusi bagi masyarakat global serta membangun jaringan dan persahabatan. Beberapa negara yang turut berpartisipasi dalam program AIESEC LC Engec-Guap kali ini, antara lain, Brazil, Jepang,dan China. “Dalam kegiatan tersebut, mahasiswa dari berbagai negara melakukan kerja sama untuk memberikan kontribusi terhadap isu-isu global, seperti pendidikan, kebudayaan, kemiskinan, kesehatan, dan lingkungan. Berbagai potensi yang dimiliki mahasiswa, seperti kepemimpinan, kerja sama, dan toleransi akhirnya terasah,” ujar Thassaralah di kampus UGM, Rabu (23/5).
Bertempat di St.Petersburg State University of Engineering & Economics, berbagai isu sosial,lingkungan, politik, dan budaya disampaikan melalui media film pendek. Thassaralah mengangkat tema sosial seputar kemiskinan di negara berkembang. Ia menyoroti permasalahan pendidikan dan berbagai bentuk kreativitas masyarakat yang bekerja pada sektor informal, seperti kehidupan di kota budaya Yogyakarta. “Film pendek ini dibuat Unit Kegiatan Mahsiswa Fakultas Geografi, Bengkel Kesenian Geografi (BEKAGE) secara bersama-sama, sedangkan topik kemiskinan diangkat berangkat dari MDGs 2015 berupa kerja sama PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) terhadap pengurangan masalah kemiskinan dan upaya mencapai target pembangunan pada tahun 2015. Tema memerangi kemiskinan dan mencapai pendidikan dasar bagi seluruh dunia tersebut merupakan salah satu dari delapan tujuan kesepakatan global,” paparnya.
Thassaralah mengatakan kebiasaan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional menjadi sesuatu yang menarik dalam forum ini. Ia sangat merasakan bahasa tersebut sebagai bahasa pemersatu mahasiswa dari seluruh belahan dunia. Berbagai kegiatan diskusi terkait dengan tema-tema menarik mengenai budaya masing-masing negara, tentang seni patung, seni lukis, seni pakaian, seni tari, seni bangunan, dan lain-lain. “Semua bisa saling bertukar informasi mengenai perbedaan budaya dari berbagai negara,” tambah Thassaralah.
Kegiatan formal ditutup pada tanggal 29 Maret 2012 dengan acara Final Event Movie Forum, yang menggunakan media film sebagai sarana untuk menarik perhatian publik dalam pembahasan tema-tema seputar ekonomi, teknologi, sosial, budaya, dan lingkungan.
Thassaralah mengaku mendapat banyak pengalaman berharga karena Association Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciale (AIESEC) merupakan organisasi internasional untuk para pemuda-pemudi yang terbesar di dunia, yang membantu mengembangkan potensi mereka. “Betapa berharganya pengalaman ini. Saya bisa bertukar informasi dan berdiskusi langsung di forum internasional. Berkat Beasiswa Unggulan Kemdiknas ini pula saya bisa tampil dan mewujudkan cita-cita untuk turut serta dalam konferensi di level internasional,” pungkasnya. (Humas UGM/ Agung)