Sedikitnya 1000 peserta gabungan dari 36 tim paduan suara se-DIY melaksanakan aubade perayaan HUT ke 63 Kemerdekaan RI dan sekaligus memperingati satu abad Kebangkitan Nasional, Mingu (24/8) sore di halaman Balairung UGM. Tim paduan suara yang terdiri dari siswa-siswi SD, hingga perguruan tinggi ini menyanyikan lima buah lagu nasional secara serentak diantaranya, Hari Merdeka, Indonesia Tetap Merdeka, Indonesia Jaya, Gebyar-gebyar dan Bagimu Negeri.
Beberapa tim paduan suara yang terlibat diantaranya siswa SD Taman Muda Taman Siswa, SD Tarakanita Bumijo, SD Ungaran I, SMPN 7, SMPN 8, SMP Stelladuce 1, SMP Muhammadiyah 2, SMP Muhammadiyah 4, SMP Muhammadiyah 8, SMAN 1, SMAN 3, SMAN 11. Sementara paduan suara dari PTN dan PTS diantaranya PSM UGM, UNY, ISI, UII, UPN, UAD. Sedangkan sisanya berasal dari Paduan suara IIDI DIY, PS Karyawan RS Sardjito, PS PKK Bumijo, PS Yogyakarta, PS Gelora Bahana Patria, PS Taman Kesenian Ibu Pawiyatan Taman Siswa.
Aubade menyanyikan lagu nasional oleh 36 tim paduan suara ini diakui oleh Ketua Panitia Satu Abad Kebangkitan Nasional Prof Dr dr Sutaryo, untuk menggelorakan dan menyemangatkan kembali rasa nasionalisme generasi muda akan nilai-nilai wawasan kebangsaan.
“Selama tiga hari para siswa dan siswi ini melakukan latihan dan gladi bersih untuk menyanyikan lagu-lagu nasional yang membangkitkan rasa nasionalisme, sudah sepatutnya kita berikan apresisasi, †ungkapnya.
Hal senada juga diutarakan oleh Rektor UGM Prof Ir Sudjarwadi MEng PhD dalam sambutannya yang dibacakan oleh Sekretaris Eksekutif UGM Drs Djoko Moerdiyanto MA, menurutnya, pelaksanaan aubade ini sebagai momentum untuk menemukan kembali nilai-nilai kebangkitan nasional agar para generasi muda mampu merevitalisasi dan mengaktualisasikan visi kebangkitan nasional yang sesuai dengan jamannya.
“Generasi muda memiliki kontribusi besar dalam menentukan langkah-langkah menghadapi tantangan dan permasalahan bangsanya ke depan,†katanya.
Sutaryo juga sempat menyinggung, dipilihnya aubade di halaman balairung UGM sekedar untuk mengingatkan kembali bagaimana gedung Balairung yang dibangun oleh Bung Karno dengan melibatkan arsitek Pangeran Hadinegoro dan Brotosindutomo dengan semangat nasionalisme yang cukup tinggi untuk membangun sebuah universitas nasional.
“Yang merancang gedung Balairung ini adalah Pangeran Hadinegoro asal Solo yang dahulunya tinggal di Puro Pakualaman, beliau merupakan arsitek asli dari Indonesia,†jelasnya. (HumasUGM/Gusti Grehenson)