Yogya, KU
Keberadaan lembah karst selama ini cenderung dikesampingkan dalam kajian geomorfologi karst, padahal bukti-bukti lapangan dan penelitian terdahulu menunjukkan bahwa lembah karst merupakan fenomena yang sangat umum di jumpai di kawasan karst. Hasil penelitian menunjukkan tidak semua jaringan lembah karst mempunyai pola multibasinal. Kawasan karst juga dapat mempunyai jaringan lembah dengan pola pararel maupun dendritik.
Demikian hasil penelitian disertasi Drs Eko Haryono MSi dalam ujian promosi doktor di bidang Gegrafi, Jumat (22/8) di Ruang Auditorium Fakultas Geografi UGM. Dalam disertasi yang berjudul “Model Perkembangan Karst Berdasarkan Morfometri Jaringan Lembah di Karang Bolong, Gunung Sewu, Blambangan dan Rengel,â€, Eko menyebutkan faktor yang mengontrol perbedaan morfometri jaringan lembah karst di daerah penelitiannya adalah ketebalan hujan, komposisi kimia batugamping, posisi topografi dan lereng regional, serta lamanya batugamping tersingkap.
“Bedasarkan morfometri jaringan lembah karst, daerah penelitian dapat dikategorikan menjadi dua tipologi. Tipologi pertama merupakan kategori fluviokarst yang diwakili oleh karst Blambangan dan Karst Rengel, sedangkan tipologi kedua termasuk kategori cockpit karst diwakili oleh karst Karangbolong dan Karst Gunungsewu,†kata dosen Geografi UGM ini.
Menurut pria kelahiran Banyuwangi, 24 Februari 1966 ini, karakteristik morfometri jaringan lembah karst merupakan ekspresi dari tahapan perkembangan karst. Berdasarkan karakteristik morfologi jaringan lembah karst, model perkembangan karst di daerah penelitiannya dapat dikategorikan menjadi tiga tahapan perkembangan karst, yaitu tahap perkembangan awal, tahap perkembangan muda, dan tahap perkembangan dewasa.
“Karst karangbolong dan karst Gunugsewu dalam hal telah mengalami tahapan perkembangan dewasa. Karst Blambangan dan karst rengel di sisi lain menunjukkan tahapan perkembangan awal dan muda,†jelasnya.
Diakui suami Rini Rachmawati ini, data morfometri jaringan lembah dalam penelitiannya diperoleh melalui interpretasi foto udara dan survei lapangan. Adapun foto udara yang digunakan adalah foto udara pankromatik hitam putih skala 1:30.000 dan 1:20.000. Delineasi dilakukan secara digital mengggunakan peranglat lunak ArcView 32.
“Sejumlah 818 morfometri jaringan lembah telah dianalisis dalam penelitian ini, Jaringan tersebut merupakan seluruh populasi dari jaringan lembah autogenik di daerah penelitian,†katanya.
Dihadapan tim penguji, Eko menegaskan dalam pengaturan kawasan karst harus diarahkan pada dua fungsi utama, yaitu fungsi lindung dan fungsi budidaya. Karena peraturan pengelolaan kawasan karst nantinya diharapkan mengatur pola pemanfaatan secara umum kawasan karst. Selanjutnya setelah ditetapkan sebagai fungsi lindung, kawasan lindung karst secara hukum juga dapat ditetapkan secara lebih khusus untuk kepentingan manajemen atau pengelolaan. (Humas UGM/Gusti Grehenson)