Yogya, KU
Sedikitnya 30 ahli Geomarfologi dunia dari 14 negara, Belanda, Perancis, Jerman, Austria, Azerbaijan, Rumania, Rusia, Mongolia, Jepang, Thailand, Malaysa, India, Australia dan Selandia Baru membahas pembangunan berwawasan lingkungan dalam pendekatan ilmu geomarfologi dakam seminar dan konferensi internasional “The Role of Geomorphology in Environmental Managementâ€, 25- 28 Agustus 2008, di Fakultas Geografi UGM.
Menurut Ketua Panitia acara Dr Jujun Sarkohadi Msc, 30 ahli geomarfologi dunia ini memang sengaja didatangkan ke kampus UGM untuk menjawab semakin terus bermunculannya dampak negatif dari pembangunan yang kurang memperhatikan aspek lingkungan antara lain timbulnya berbagai macam bencana yang menimbulkan banyak kerugian material dan jiwa.
“Pendekatan ilmiah yang serba cukup untuk kepentingan pengelolaan lingkungan saat ini sangat diperlukan oleh dunia khususnya Indonesia. Salah satunya melalui pendekatan ilmu geomarfologi,†ungkap Jujun Sarkohadi di sela pembukaan seminar dan konferensi internasional, Senin (25/8) di Ruang Auditorium Fekultas Geografi UGM..
Ilmu geomarfologi sebagai cabang ilmu kebumian yang menekankan kajiannnya pada bentuk permukaan termasuk relatif mudah dipahami baik secara langsung dengan indera yang dipunyai manusia maupun melalui penerapan teknologi penginderaan jauh.
“Geomarfologi telah memberikan kemungkinan besar dalam hal terapannya untuk kepentingan pembangunan berwawasan lingkungan,†katanya kemudian.
Sementara keberadaan bencana sendiri, imbuh Jujun, khususnya bencana alam hampir selalu tidak dapat dihindari proses kejadiannya. Namun demikian, akibat dari bencana dapat ditekan seminimum mungkin apabila pembangunan telah direncanakan dengan mempertimbangkan faktor lingkungan.
Kepada wartawan, usai membuka seminar tersebut, Jujun mengungkapkan pihaknya juga menghadirkan sesepuh ahli ilmu geomarfologi dunia Prof Dr H.Th Verstappen yang telah berusis 91 tahun, selain itu juga mengundang wakil presiden asosiasi geomarfologi dunia Prof Dr Mcrozier dari Selandia Baru dan Prof Dr Monique Ford dari Universitas Paris VII, Perancis.
“Ketiga puluh ahli ini akan mempresentasikan secara oral 20 makalah dan 15 paper dipresentasikan melalui foster,†katanya.
Selain itu, Jujun menambahkan tujuan dari seminar ini juga dimaksudkan untuk menggalang dukungan internatioanl dalam rangka pendirian asosiasi ahli geomorfologi indonesia (AAGI). Keberadaan asosiasi ini dirasakan perlu karena selama ini memang belum ada nilai kemanfaatannya dirasakan semakin tinggi.
“Adanya keharusan bagi pemerntah daerah untuk menyusun tata ruang berbasis pengurangan risiko bencana telah merupakan titik penting bagi ahli geomorfologi Indonesia untuk dapat menunjukkan kiprahnya dalam pembangunan nasional,†ujarnya.
Selain itu, permasalahan-permasalahan konservasi sumberdaya lahan dan air juga telah menjadi isu utama untuk memacu penerapan ilmu geomarfologi.
Seminar internasional yang dibuka langsung oleh Sekretaris Daerah DIY Ir Tri Herjun Ismaji Msc dalam rangka pelepasan purna tugas Guru Besar Fakultas Geografi UGM Prof Dr Sutikno yang dikenal sabagai salah satu pakar Geomorfologi yang dimiliki oleh UGM.
Kegiatan konferensi internasional ini, kata Jujun, akan diakhiri dengan kunjungan lapangan para ahli geomarfologi dunia ini selama dua hari di tiga kabupaten di DIY. Mereka diajak untuk meninjau langsung problematika pembangunan wilayah yang dapat diselesaikan secara lebih komprehensif melalui pendekatan geomarfologi. Adapun beberapa wilayah yang akan dikunjungi adalah daerah Gunung Merapi di Sleman, daerah karst di Gunung Kidul serta daerah rawan gempa bumi di Bantul. (Humas UGM/Gusti Grehenson)