Yogya, KU
Wakil Rektor Senior Bidang Administrasi dan Sumber Daya Manusia UGM Prof Dr Ainun Na’im MBA menegaskan UGM masih memandang penting pemikiran-pemikiran almarhum Prof Dr Mubyarto tentang ekonomi pancasila. Menurutnya, pemikiran mubyarto tentang ekonomi pancasila didasarkan pada kepentingan untuk membela rakyat kecil di tengah semakin menguatnya kompetisi ekonomi global.
“Ditengah kompetisi global, peran perusahaan multinasional yang semakin menguat telah memberi implikasi pada gap kesejahteraan yang semakin tingggi, UGM mendukung penuh kegiatan yang menjalankan pemikiran Mubyarto tentang ekonomi pancasila,†kata Ainun Na’im saat membuka diskusi “Peringatan 70 Tahun Mubyartoâ€, Rabu (3/9), di wisma Kagama UGM. Dalam diskusi tersebut menjadi nara sumber diantaranya Guru Besar Ekonomi UI Prof Dr Sri Edi Swasono, dua orang kolega Prof Muby semasa hidupnya sekaligus alumnus UGM Drs Sumargono dan Bambang Ismawan. Sementara bertindak selaku moderator Rektor UII Prof Dr Edy Suandi Hamid.
Ainun Na’im menambahkan, pemikiran Mubyarto tentang konsep ekonomi pancasila perlu ditindaklanjuti sebagai upaya melanjutkan perjuangan beliau dalam membangun ekonomi pancasila, salah satunya dengan mendirikan yayasan Mubyarto.
Hal serupa dikatakan oleh Bambang Ismawan, pemikiran Mubyarto sangat relevan dalam konteks Indonesia saat ini dan di masa depan. Dalam pandangannya, pemikiran Mubyarto terfokus pada ekonomi rakyat yaitu sektor ekonomi masyarakat kecil dan mikro yang miskin dan tak berdaya tetapi jumlahnya sangat besar hingga 98 persen dari seluruh entitas usaha.
“Mubyarto mengatakan sistem ekonomi suatu negara haruslah sistem yang melayani rakyat banyak, sementara sistem ekonomi yang ada hanya melayani perusahaan besar. Sejak dari pemerintahan kolonial sebenarnya terdapat perlakuan-perlakuan yang diskriminatif terhadap ekonomi rakyat,†kata Direktur Yayasan Bina Swadaya ini.
Pemerintah dalam praktiknya secara fisik lebih menggunakan ekonomi konglomerasi, karena para konglomerat lebih dekat dengan negara dan mereka lebih banyak membayar pajak.
“Keadaan ini berlangsung sampai sekarang,†katanya.
Kegundahan Mubyarto ini, imbuh Ismawan,seolah dianggap aneh oleh mainstream pemikiran ekonomi yang ada. Pandangan aneh ini sebenarnya berasal dari “dosa†para pengajar ilmu ekonomi yang hanya menggunakan separuh ajaran Adam Smith,yang menganggap manusia sebagai “homo economicus†dan melupakan “homo sociusâ€.
“Kalau ekonomi diajarkan sebagai cara orang mendapat keuntungan sebesar-besarnya, maka akan terbangun manusia-manusia yang serakah,†katanya.
Sri Edi Swasono mengaku terkenang beberapa kali dengan Mubyarto karena almarhum sempat mengeluh kepadanya atas keheranannya melihat ekonomi syariah dikumandangkan secara mengebu-gebu oleh sekelompok ekonom tertentu tanpa berkeinginan untuk menghayatinya secara lebih luas, khususunya dalam lingkup ekonomi pancasila yang dianggap Mubyarto sangat religius, bahkan sangat islami.
“Ekonomi pancasila bisa dikatakan seiring dan selaras dengan apa yang sering disebut sebagai ekonomi syariah, keduanya saling compatible meskipun mungkin tidak sepenuhnya substitutable, dengan kata lain ekonomi pancasila sangat islami,†jelasnya.
Sementara di mata Sumargono, selaku kolega dekat Mubyarto saat masih kuliah di UGM mengaku ‘mas Muby’ sapaan akrab mudanya sebagai orang yang dikenal lemah lembut, sederhana, rendah hati dan pekerja keras.
“Beliau itu termasuk tipe orang yang selalu berusaha keras untuk mencapai keinginan dan cita-citanya,†kata alumnus Fakultas ekonomi (FEB) UGM ini.
Bambang Ismawan pun sempat ingat, bagaimana bangganya Mubyarto saat menjadi mahasiswa, meskipun sedang dalam keadaan sakit akibat luka bakar namun tetap hadir kuliah.
“Pernah suatu saat mukanya terbakar oleh lampu petromax saat belajar di rumahnya malam hari, namun beliau tetap hadir di kampus meski mukanya dipenuhi luka,†katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)