Universitas Gadjah Mada kembali memecahkan rekor MURI “flashmob dance” membentuk peta Indonesia dengan peserta terbanyak. “Flashmob dance” dilakukan 9.839 mahasiswa baru Universitas Gadjah Mada (UGM) di Lapangan Grha Sabha Pramana (GSP) UGM Yogyakarta, Kamis (30/8). Pemecahan rekor MURI “flashmob dance” merupakan salah satu rangkaian Parade Pelangi Nusantara pada Pelatihan Pembelajaran Sukses Mahasiswa Baru (PPSMB) UGM tahun 2012 bertema Palapa.
Piagam Penghargaan MURI No 5555/R.MURI/VIII/2012 diserahkan Manager MURI, Sri Widayanti dan diterima Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. Dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc., Ph.D. Dengan penyerahan piagam penghargaan MURI “flashmob Dance” berarti UGM telah menumbangkan rekor sebelumnya yang diikuti 3.035 di Jakarta pada tahun 2011.
Menurut Sri Widayati, banyak prestasi yang telah dilakukan UGM dan mampu memecahkan rekor MURI. Diantaranya rekor Dowload Jurnal Kesehatan terlama selama 24 jam nonstop pada tahun 2008, Orasi menggunakan bahasa daerah terbanyak 33 bahasa pada November 2009, Pembuatan Logo dari kain merah terpanjang pada tahun 2011. Selain itu, pernah MURI pernah mencatat lulusan dokter termuda dari UGM berusia 19 tahun 9 bulan pada tahun 2010, pembuatan peta terbanyak pada April tahun 2011 dan pembuatan Logo UGM Residence dari rangkaian foto terbanyak dengan 27.000 foto pada Mei 2011.
“Ada juga kuliah umum yang diikuti fakultas terbanyak 18 fakultas pada Mei 2011. Kini UGM kembali mencatat kegiatan spektakuler, yaitu Fleshmob Dance membentuk peta Indonesia dengan peserta terbanyak 9.839 mahasiswa,” ujarnya.
Sementara itu, penyair Taufiq Ismail dihadapan 9.839 mahasiswa baru UGM mengingatkan kerusakan moral generasi saat ini. Melalui pesan puisi, ia kuatkan tekad mahasiswa baru UGM untuk tidak meniru kerusakan moral generasi sebelumnya. “Jangan sampai ditiru generasi bobrok saat ini. Itu pesan saya bagi generasi muda,” ujar Taufiq.
Kata Taufiq, bagaimana mungkin menjadi teladan, bila banyak orang dewasa saat ini justru merusak bangsa. Kejujuran tidak pernah dijaga karena banyak orang berlomba mencari keuntungan sendiri. Maraknya kasus korupsi menjadi bukti. Banyak pejabat yang seharusnya menjadi contoh kejujuran justru merusak nilai-nilai kejujuran itu sendiri. “Saya muak dengan korupsi. Bahkan tidak mau menyebutnya di depan ribuan generasi muda. Korupsi harus diselesaikan karena menjadi persoalan,” tuturnya.
Bagi taufiq, generasi muda semestinya memiliki nilai kejujuran dan keikhlasan. Begitu pula rasa tanggungjawab dalam membangun hidup berbangsa, sebab ditangan generasi muda nasib bangsa ditentukan. “Yang terpenting, perilaku kejujuran dan keikhlasan harus dijaga,” katanya. (Humas UGM/ Agung)