• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Tumbuh Pribadi Menyenangkan, Berkat Bermain Simbolis dan Khayal

Tumbuh Pribadi Menyenangkan, Berkat Bermain Simbolis dan Khayal

  • 11 September 2012, 13:48 WIB
  • Oleh: Agung
  • 4133
  • PDF Version
Tumbuh Pribadi Menyenangkan, Berkat Bermain Simbolis dan Khayal

Kenyataan banyaknya mainan yang mengandalkan teknologi dan juga permainan invidual semakin membuat anak kurang tertarik pada interaksi, kurang empati dan enggan memahami orang lain karena sibuk dengan permainannya. Padahal, secara teori anak menggunakan bermain untuk mengkontruksi arti dan mengeksplorasi sesungguhnya untuk mendapatkan informasi yang luas. Namun bila alat bermain kurang memungkinkan anak untuk mengekplorasi lingkungan, maka anak tentu sulit berkembang secara optimal.

Demikian dikatakan Dewi Retno Suminar, S.PSi., M.Si, staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Surabaya, Selasa (11/9). Menjalani ujian terbuka program doktor di Fakultas Psikologi UGM, promovenda mengungkapkan bermain bagi anak dapat menjadi stimulasi bagi perkembangan kognisi, perkembangan afeksi, maupun bagi perkembangan psikomotornya. Bermain dapat pula memberikan stimulasi pada beberapa aspek perkembangan anak secara bersamaan. "Salah satu jenis bermain yang membuat anak mampu melakukan simbolisasi terhadap benda dan mengembangkan daya khayalnya, disebut dengan pretend play. Proses dalam Pretend Play ini meliputi pemberian makna, yaitu ketika anak menunjukkan perilaku 'seolah-olah' dalam bermain," ungkapnya.

Dalam bermain simbolis dan khayal, kata Dewi, anak akan memaknai alat-alat yang digunakan sehingga dapat dimanfaatkan untuk bermain (aspek kognisi). Anak akan mulai terlibat dalam bermain dan mulai berpindah dari satu peran ke peran yang lain dan bagaimana dalam bermain mereka dapat membuatnya mengerti dan memahami apa yang dirasakan ketika menjalankan peran (aspek afeksi). Sementara pada saat bermain simbolis dan khayal secara berkelompok anak akan melakukan interaksi dengan anak yang lain (aspek interpersonal). Selama melakukan bermain simbolis dan khayal, anak dapat saja mengalami ketegangan dan konflik dengan anak lain yang pada akhirnya akan memunculkan cara-cara mengatasinya agar proses bermain tetap berlangsung (aspek pemecahan masalah). "Keempat aspek tersebut tentu dapat ditemui ketika anak melakukan bermain simbolis dan khayal," katanya.

Mempertahankan desertasi "Theory of Mind, Jenis Kelamin, Usia dan Status Sosial Ekonomi-Suatu Model Teoritis Pada Bermain Simbolis dan Khayal", Dewi menjelaskan bermain simbolis dan khayal berdasarkan analisis second order menunjukkan bila aspek kognisi, afeksi dan interpersonal cukup memberikan kontribusi yang tinggi. Bahwa ketiga hal tersebut memberikan distribusi pada spek perkembangan kognitif dan sosial. "Hasil second order memperlihatkan snak yang bermain simbolis dan khayal di masa peka, yaitu masa prasekolah akan menguatkan kemampuan kognisi, afeksi dan interpersonal," jelasnya.

Oleh karena itu, masa prasekolah adalah masa yang tepat memberikan stimulus model bermain simbolis dan khayal. Secara nyata apabila anak mendapatkan rangsangan bermain simbolis dan khayal, maka anak akan berkembang kemampuan kognisi, mampu memahami orang lain dan terasah secara kemampuan interpersonalnya. Perilaku yang demikian menjadikan anak memiliki pribadi yang empati, tahu menempatkan diri dan mampu berkomunikasi dengan baik. "Pada akhirnya anak akan tumbuh menjadi sosok pribadi yang menyenangkan," tutur perempuan kelahiran Pacitan, 13 Maret 1967, ibu tiga anak yang dinyatakan lulus Program Doktor Ilmu Psikologi dan menjadi doktor ke-1724 yang diluluskan UGM. (Humas UGM/ Agung)

Berita Terkait

  • Mahasiswa UGM Kembangkan Permainan Edukasi Bagi Anak

    Tuesday,16 July 2013 - 8:46
  • Tembang Dolanan Anak-Anak Bukan Sembarang Lagu

    Wednesday,06 October 2021 - 6:57
  • DWP UGM Gelar Talkshow Bersama Ratih Sang

    Thursday,02 September 2010 - 15:36
  • Kegiatan Happy Center Untuk Anak-Anak Korban Gempa

    Monday,10 July 2006 - 12:26
  • Pusat Studi Jerman UGM Gelar Lomba Bermain Peran Siswa SMA di DIY-Jateng

    Sunday,03 November 2013 - 15:53

Rilis Berita

  • UGM Gelar Pembacaan Puisi Kemerdekaan 17 August 2022
    Menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia, UGM melaksanakan Pembacaan Puisi Kemerdekaan di Balairung U
    Satria
  • Dosen UGM Gelar Workshop Penguatan Guru Kimia SMA-SMK di Kulon Progo 16 August 2022
    Ika
  • Mengenal Radioterapi 16 August 2022
    Radioterapi merupakan salah satu modalitas medis untuk melakukan treatment pada kasus-ka
    Satria
  • UGM dan PT Bank Mandiri Jalin Kerja Sama HOP dan KPR Mitraguna 16 August 2022
    Universitas Gadjah Mada dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sepakat menandatangani perjanjian kerja
    Agung
  • Jembatan Ilmu-Ilmu 16 August 2022
    oleh Dr. Rr. Siti Murtiningsih, M.Hum. Kampus jangan memagari mahasiswa
    Universitas Gadjah Mada

Agenda

  • 07Sep The 8th International Conference on Science and Technology (ICST 2022)...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2022 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual