YOGYAKARTA-Indonesia memiliki kekayaan anggrek alam yang sangat melimpah. Terdapat hampir 20.000 spesies anggrek alam di seluruh dunia dan diperkirakan lebih dari 5.000 spesies diantaranya berasal dari Indonesia. Variasi anggrek dapat dihasilkan dari persilangan (cross fertilization) membentuk anggrek hibrida. Persilangan tersebut memungkinkan penganggrek untuk memadukan dan atau menghimpun sifat-sifat unggul dari dua tanaman atau lebih ke dalam suatu tanaman anggrek sehingga diperoleh anggrek baru yang unik. Biodiversitas Indonesia yang tinggi ini memungkinkan untuk mengeksplorasi seluas mungkin.
“Sayangnya, saat ini masih banyak anggrek lokal yang berpotensi besar namun belum tereksplorasi,â€papar Kepala Laboratorium Bioteknologi Fakultas Biologi UGM, Dr.rer.nat. Ari Indrianto, S.U pada Seminar Hasil Penelitian Integrated-Collaborative research Grant, Hibah Penelitian Program I-MHERE sub aktivitas 2.1.2, di Fakultas Biologi, Kamis (4/10). Pada kesempatan tersebut Ari didampingi peneliti lainnya, yaitu Aries Bagus Sasongko, S.Si., M.Biotech dan Apriliana Dyah Prawestri.
Menurut Ari budidaya anggrek secara konvensional hanya menghasilkan bibit yang sedikit dalam waktu yang lama, sehingga di Indonesia, kepedulian masyarakat terhadap budidaya anggrek masih rendah. Untuk kebutuhan perdagangan, masyarakat cenderung mengambil secara liar dari alam. Hal tersebut menyebabkan penurunan populasi anggrek di alam dan mengancam kelestariannya.
“Ini memprihatinkan sehingga upaya penyediaan bibit dari hasil budidaya menjadi prioritas utama yang harus dilakukan,’katanya.
Pakar anggrek UGM ini menjelaskan bahwa penyediaan bibit dalam jumlah banyak dan waktu yang relatif singkat dapat dilakukan dengan menggunakan teknik kultur in vitro. Hanya saja, penyelenggaraan teknik in vitro memerlukan sarana dan prasarana khusus, sehingga tidak semua orang dapat melakukannya.
Sementara itu Bagus Sasongko menilai Yogyakarta merupakan salah satu sentra perdagangan anggrek. Para pedagang di wilayah ini biasa mengambil bibit dari daerah lain karena hanya sedikit yang bisa menjual bibit. Kondisi di atas menjadikan penyediaan bibit anggrek botol yang berkualitas menjadi suatu peluang yang menggiurkan.
â€Kemasan merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam penjualan. Kemasan yang baik mempercantik produk yang dijual dan menambah daya jual suatu produk,â€imbuh Bagus.
Penelitian yang mereka lakukan, kata Bagus, untuk menghasilkan bibit anggrek botolan dan kompot dilakukan dengan menyilangkan Vanda tricolor dengan Vanda limbata sebagai indukan. Hasil penelitian telah didapatkan hibrida Gama Anggrek yang merupakan hasil persilangan Vanda tricolor dengan Vanda limbata dalam bentuk bibit botolan.
Di tempat sama Direktur Eksekutif I-MHERE UGM, Dr. Ir. Cahyono Agus Dwi Koranto, M.Agr.Sc., berharap dari hibah I-MHERE yang diterima UGM ada berbagai produk penelitian yang layak untuk bisnis, publikasi maupun dipatenkan. Selain itu diharapkan segera hadir lembaga inkubasi dan kerjasama yang bisa memfasilitasi produk-produk penelitian.
“Produk-produk hasil penelitian ini diharapkan juga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat,â€urai Cahyono (Humas UGM/Satria AN)