Salah satu strategi Fakultas Pertanian UGM untuk menghasilkan lulusan berkualitas dan mampu merebut tempat di hati masyarakat adalah dengan melakukan penyempurnaan kurikulum dengan melibatkan semua pemangku kepentingan. Oleh karena itu di era global, pengembangan ilmu ilmu pengetahuan tunggal (monodisiplin) semakin tidak mampu menjawab persoalan-persoalan yang semakin hari semakin kompleks.
Demikian disampaikan Dekan Prof Dr Ir Susamto Somowiyarjo, MSc saat peringatan puncak Dies Natalis ke-62 Fakultas Pertanian UGM, di kampus setempat, Jum’at (26/9).
“Permasalahan yang dihadapi masyarakat terus bertambah kompleks, khususnya petani dan nelayan, seperti usaha berkelanjutan, kemiskinan, konflik sosial, bioteknologi, agroterorisme, sampai pada masalah HAKI. Untuk itu, kiranya menarik direnungkan percakapan Presiden Universitit Negeri Gadjah Mada pertama, Prof Dr Sardjito dengan tamunya dari Amerika Prof Thayer mengenai bahaya spesialisasi ilmu yang berlebihan,” ungkap Susamto.
Dalam laporannya, Susamto memaparkan sebagai bekal untuk mengembangkan kurikulum yang diakui di tingkat internasional, maka pada awal tahun 2008 di gelar International workshop on Curriculum Development. Kegiatan ini melibatkan pakar-pakar pertanian seperti Prof Jeong (Kangnung University, Korea), Prof Tran Van Hai (Cantho University, Vietnam) dan Dr J P Caliman (CIRAD-SMARTRI).
Selain itu, tercatat empat pertemuan internasional telah berlangsung di Faperta UGM, diantaranya “Open Science Meeting 2005: Session on The Role of Tropical Peatlands in Global Change Processes; The Third Asian Confrences On Plant Pathology; The Role of Plant Pathology in Rapidly Globalizing Economies of Asia; serta Internasional Symposium and Workshop on Tropical Peatland; International Seminar, Pradigm of Agricultural Development: The Role and Synergy UN Agencies, Goverment, NGO, and Private Sector
“Workshop ini tentunya menjadi bekal perbaikan kurikulum pada masa yang akan datang dan memberi harapan serta menjadikan mahasiswa tidak hanya mampu bersaing di dalam negeri namun juga di tingkat internasional,” paparnya.
Dilaporkan pula, indeks penelitian di Fakultas Pertanian tahun 2007/2008 mencapai 1:1,048. Apabila dibandingkan dengan indeks penelitian di UGM yang mencapai 0,24 per tahun, maka indeks penelitian di Faperta UGM dinilai cukup baik dan membanggakan.
“Meski begitu harus diakui bila distribusi penelitian tersebut belum merata diantara dosen. Banyaknya sumber dana yang dimanfaatkan para dosen menunjukkan tingkat kepercayaan publik kepada Faperta cukup baik,” paparnya lagi. (Humas UGM)