Mantan Ketua MPR RI Prof Dr Amien Rais MA mengaku pesimis langkah yang diambil pemerintah untuk mengatasi ancaman krisis global akan bisa berhasil, karena menurut Amien langkah yang diambil pemerintah baru hanya sebatas wacana dan pelipur lara untuk menutupi kondisi ekonomi yang sebenarnya terjadi. Menurut Amien, langkah yang disiapkan pemerintah ini tidak ubahnya dengan sepuluh tindakan pemerintah untuk mengatasi tsunami, delapan langkah pemerintah mengatasi krisis kemanusiaan di sampit.
“Empat langkah, lima, atau sepuluh langkah itu sudah biasa, cuma sampai pada langkah saja, saya kurang yakin, sebab terlalu lama pimpinan negara kita ini tunduk, taat dan pasrah pada IMF, Bank Dunia, mirip seperti kerbau yang dicucuk hidungnya yang selalu mengikuti perintah tuannya,†kata Amien menjawab pertanyaan wartawan terkait komentarnya tentang dampak resesi ekonomi global, Kamis (9/10) di kampus UGM.
Disebutkan Amien, tindakan yang diambil oleh pemerintah ini mirip yang pernah dilakukan di tahun 1997 lalu yang mengatakan bahwa kondisi fundamental ekonomi nasional cukup kuat, namun kenyataan yang terjadi indonesia mengalami krisis ekonomi yang paling parah dan berkepanjangan.
“Kita pernah mengalami krismon akhir tahun 90-an waktu Thailand, Korea, Malaysia kedodoran, saat itu pemerintah mengatakan fundamental ekonomi masih kuat dan menghimbau tidak usah khawatir, kenyataannya kita yang paling parah, mengalami krismon paling panjang,†jelas Amien.
Maka dari itu, Amien megusulkan kepada pemerintah untuk terang-terangan mengakui kondisi ekonomi yang sebenarnya. Dirinya menyarankan pemerintah terus terang dan tidak usah menutupi, bahwa sejatinya ekonomi indonesia saat ini begitu tergantung kepada Amerika.
“Saya sederhana saja, kalo yang kita ikuti saja tumbang, berarti yang ngikuti juga aka ke arah yang sama,†jelasnya.
Amien bahkan justru menilai pemerintah dan ekonom sangat over optimistik, bahwasannya Indonesia tidak akan terpengaruh resesi ekonomi global. Padahal krisis finansial dan kehancuran ekonomi di Amerika makin lama makin terlihat dan dampaknya tidak bisa diperbaiki, sehingga membuktikan sistem ekonomi pasar atau ekonomi liberal, cepat atau lambat akan terpuruk.
“Saya khawatir, langkah pemerintah hanya sebuah pelipur lara yang akan menjerumuskan kita kembali kedalam krisis akhir tahun 90-an,†imbuhnya.
Amien menegaskan, terpuruknya ekonomi pasar merupakan tamparan keras bagi para ekonom yang selama ini selalu mengagung-agungkan ekonomi pasar (market economy) dan menganjurkan pemerintah untuk tidak melakukan intervensi ekonomi.
“Para pendukung ekonomi pasar seharusnya mendapat malu besar karena mereka selalu mendewakan ekonomi pasar dan ekonomi liberal, bahkan sempat mengatakan negara yang mau maju harus melakukan deregulasi, atau pemerintah tidak melakukan campur tangan,†tambahnya.
Menurut hemat Amien, jika negara sekuat amerika saja, dan di negara besar Eropa lainnya kemungkinan mengalami resesi ekonomi berkepanjangan atau bahkan menjadi depresi akan memberikan dampaknya kepada ekonomi di Indonesia.
“Kita pastinya akan menerima bara yang panas, karena kita ‘makmum’ kepada dollar secara konsekuen, devisa kita dalam bentuk dollar, dan tidak memiliki diversfikasi dalam bentuk euro, poundsterling atau yang lain,†jelasnya.
Adapun berdasarkan pengamatannya tentang bangkrutnya beberapa perusahaan seperti Lehman Bother di Amerika, menurut Amien, telah mengindikasikan bahwa lambat laun akan diikuti perusahaan Indonesia yang mengalami hal yang sama.
“Lehman Brother ini khan juga mengutangi secara besar-besar perusahaan di indonesia, maka berisiko dalam bangkrutnya ekonomi swasta maupun nasional akibat kena hutangan mereka,†katanya.
Sementara pakar finansial UGM Prof Dr Marwan Asri MBA usai dilantik menjadi Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis, menyatakan kemungkinan terjadinya krisis ekonomi yang melanda indonesia sebenarya lebih disebabkan oleh faktor eksternal bukan dari faktor internal.
“Bila krisis moneter sebelumnya disebabkan faktor dari dalam sendiri, namun saat ini lebih disebabkan efek dari krisis dari luar,†katanya.
Adapun penurunan harga saham di pasar modal sampai ditutupnya proses perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi indikator penurunan harga indeks di luar kewajaran sehingga perlu mendapat perhatian semua pihak.
“Dalam dua minggu terakhir, anjlognya harga saham di pasar keuangan, menunjukkan indikator yang sangat serius perlu sehingga mendapat perhatian, karena penurunan indek di luar kewajaran telah menyebabkan otoritas bursa seperti Bapepam-LK dan BI melakukan keputusan untuk peghentian sementara,†katanya.
Namun demikian, Marwan menilai terjadinya penurunana harga saham di luar kewajaran ini disebabkan oleh reaksi psikologis, emosi dan logika pasar, sehingga perlu dilakukan sebuah upaya untuk mengembalikan ke posisi semula. Maka dari itu, katanya, dalam waktu dekat tim dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM akan membahas masalah ini guna mencari solusi alternatif untuk disampaikan kepada pemerintah. (Humas UGM/Gusti Grehenson)