Teknologi kimia berpengaruh besar dalam memberikan kontribusi dalam penyediaan bahan bakar minyak di masa depan. Mengingat pengambilan minyak secara fisis sulit untuk ditingkatkan lagi, maka penggunaan bahan kimia dalam pengambilan minyak tersisa di reservoir berpeluang besar untuk bisa meningkatkan produksi minyak
Demikian dikatakan Prof Ir Suryo Purwono MASc PhD saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Teknik UGM, Kamis (9/10) di ruang Balai Senat UGM. Ketua Jurusan Teknik Kimia FT UGM ini, menyampaikan pidato pengukuhan “Peranan Sumber Daya Alam Berbasis Fosil Bagi Kehidupan Manusia dan Cara Mengatasi Kekurangannya Dengan Enchanced Oil Recovery”.
Dikatakan, seiring dengan perkembangan industri yang sangat pesat dibutuhkan energi dalam jumlah yang sangat besar. Saat ini sebagian besar kebutuhan disuplai dari minyak bumi yang diperkirakan akan habis tahun 2020 bila tidak ada upaya lain. Banyak energi alternatif yang telah dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi saat ini.
“Ada yang telah beroperasi secara komersial, namun ada pula yang masih dalam tahap penelitian, di mana aplikasi dana kelayakannya perlu dicari terlebih dahulu,†katanya di depan rapat terbuka Majelis Guru Besar (MGB) UGM.
Menurutnya, batu bara dan gas bumi adalah energi alternatif pengganti yang telah dioperasikan secara komersial untuk saat ini. Dalam kurun waktu terbatas, 40 hingga 60 tahun bahan energi tersebut akan habis digunakan, karena seperti halnya minyak bumi, bahan tersebut adalah bahan fosil yang tak dapat diperbaharui (non renewable). Energi nuklir telah dimanfaatkan oleh berbagai negara maju seperti Amerika, Jepang, Eropa (Prancis) dan lain-lain, namun kendala pada akibat yang ditimbulkan jika terjadi kecelakaan saat ini masih menjadi trauma masyarakat termasuk Indonesia.
Energi dari panas bumi, biomassa, mikrohidro, ombak, angin dan lain-lain yang merupakan energi terbarukan (renewable) telah banyak dikembangkan dan beberapa negara telah melaksanakan secara komersial dengan kapasitas bervariasi sesuai peruntukan dan potensi sumbernya. Namun demikian dilihat dari kapasitas produki energi yang dihasilkan hanya memberikan kontribusi sekitar 5 persen dari kebutuhan total energi.
“Melihat berbagai potensi dan kendala diatas, maka pemungutan kembali sisa minyak atau Enchanced Oil Recovery (EOR) untuk minyak mentah yang masih tersisa disumur tua yang tersebar dalam jumlah banyak diseluruh Indonesia perlu dikaji dan dimanfaatkan untuk memberikan kontribusi pemenuhan kebutuhan energi nasional yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, padahal produksi energi dalam negeri makin merosot,” ungkap Prof Suryo Purwono, bapak 2 anak Baskoro Adiputro dan Aditya Primayoga Purwono dari pernikahannya dengan Ir Wahyu Kasokowati MSc ini.
Saat ini, kata dia, sudah ditemukan bahan kimia surfaktan yang harganya murah dan jumlahnya cukup banayak yaitu sodium lingo sulfonat dari limbah pengolahan industri minyak kelapa sawit. Riset ini sudah dilakukan di Laboratorium Teknologi Minyak Bumi FT-UGM sejak tahun 1993. Untuk polimer sudah dikembangkan poliakriamida (HPAM) dan xanthan gum yang berasal dari bakteri patogenik.
“Hasil dari proses pendesakan minak skala laboratorium menunjukkan hal yang sangat positif. Hasil penelitian menunjukkan setelah injeksi air garam, sisa minyak yang tertinggal di dalam reservoir buatan masih dapat dipungut. Hasil dari pendesakan minyak skala laboratorium menggunakan SLS dan HPAM menunjukkan peningkatan perolehan minyak setelah water flooding,†ujar pria kelahiran Yogyakarta, 19 November 1961 ini.
Dari data percobaan didapat peningkatan lebih dari 60 persen dari sisa minyak yang ada diambil kembali menggunakan SLS dan HPAM dengan konsentrasi antara 500-20.000 ppm tergantung dari jenis minyak, porositas dan permeabilitas batuan, susu dan tekanan reservoir dan jenis batuan. Apabila kondisi ini dapat diaplikasikan di lapangan-lapangan minyak di Indonesia. (Humas UGM)