Yogya, KU
Kasus penyakit kutil yang dialami si ’Manusia Pohon’ asal Cililin Kabupaten Bandung, Jawa Barat yang terinfeksi virus human papilloma virus (HPV) mengundang perhatian masyarakat. Kasus ini pun semakin heboh dan mengundang perhatian lembaga dari Amerika Serikat yang dikabarkan berminat mengobati Dede (37) di negara mereka. Sehingga menimbulkan reaksi keras dari presiden SBY yang menugaskan menteri kesehatan Siti Fadilah Supari untuk segera menanganinya.
Namun bagi dokter spesialis kulit dan kelamin dari UGM Prof Dr dr Hardyanto Soebono, penyakit kutil akibat infeksi virus HPV ini merupakan kasus biasa dan sudah banyak ditemukan sebelumnya.
“Hal yang menjadi luar biasa, karena si penderita tidak mendapatkan penanganan dan pengobatan secara medis sehingga pertumbuhan virus sebegitu luar biasa, akibatnya kutil-kutil kecil tumbuh banyak di seluruh kulitnya,†ujar Hardyanto Soebono, Rabu (5/12) di Kampus UGM.
Seperti diketahui, kondisi Dede memang memprihatinkan. Akibat penyakit kulit berupa kutil yang deritanya terutama muncul di sekitar wajah, tangan, dan kakinya sehingga terlihat menjadi tidak normal. Bahkan, tangan dan kakinya tumbuh berbentuk seperti akar pohon sehingga ia dijuluki ‘Manusia pohon’. Ketidaknormalan fisik membuat Dede dijauhi orang termasuk istri yang akhirnya meninggalkannya.
“Masalahnya, orangnya tidak mampu dan terlantar sehingga pertumbuhan virus di tubuhnya begitu luar biasa akibatnya jari-jarinya tidak terlihat normal lagi,†tukasnya.
Dekan Fakultas Kedokteran UGM menuturkan ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menangani infeksi virus HPV ini. Salah satunya bisa dengan menggunakan radiasi atau dengan rekonstruksi operasi plastik.
“Sebenarnya, jika penyakitnya belum lanjut sudah ada obat untuk anti virus tersebut dengan menggunakan pemeriksaan interferon-gamma, tapi efek samping interferon gamma ini sendiri cukup banyak,†tandasnya.
Sedangkan penularaan virus ini, jelas Hardyanto bisa melalui kontak langsung dengan penderitanya, gejala awalnya berupa timbulnya cuplak (kutil).
“Biasanya penderitanya mengalami imunodefisiensi (gangguan kekebalan tubuh),†jelasnya.
Hardyanto menegaskan, di Indonesia kasus ini masih sangat jarang terjadi. Diakui Hardyanto, dirinya pernah menemukan kasus serupa di RS Sardjito Yogyakarta, namun baru gejala awal, tapi tidak sampai separah yang dialami Dede.
“Barangkali, ia (Dede) terlambat dan terabaikan, setelah datang ke rumah sakit mengundang perhatian banyak orang,†katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)