• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Sejarawan: Birokrat Korup Hasil Warisan Feodal

Sejarawan: Birokrat Korup Hasil Warisan Feodal

  • 08 Januari 2013, 16:15 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 7450
Sejarawan: Birokrat Korup Hasil Warisan Feodal

YOGYAKARTA – Sejarawan UGM Prof Dr Suhartono mengatakan munculnya perilaku korupsi yang dilakukan birokrat lebih disebabkan masih kokohnya birokrasi feodal yang pernah berlaku di era kerajaan hingga masa kolonial. Warisan feodal yang berupa pola pikir dan mentalitas yang lebih menguntungkan diri sendiri, keluarga dan kelompoknya sudah merasuk pada para pejabat dan penguasa. Bahkan unsur budaya kolonial yang mengedepankan status atau kedudukan tercermin pada perilaku dan tindakan dalam struktur sosial masyarakat. “Gejala ini menjiwa dalam kepribadian penguasa, sehingga gaya hidup yang melingkupinya menempatkan materi sebagai piranti simbol dan kekuasaan,” kata Suhartono ditemui usai diskusi memperingati peringatan pangeran diponegoro di Pusat Studi Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) UGM, Senin (8/1/2013).

Sistem sosial feodal yang berlaku dan berakar dalam masyarakat yang dulunya dibina oleh kerajaan-kerajaan, khususnya kerajaan agraris feodal, telah memberi dasar pemerintahan kerajaan yang berlaku di seluruh nusantara. Bahkan kronologis korupsi yang terjadi saat ini berhubungan dengan struktur masyarakat dan keberlangsungan secara sosio-kultural hampir tidak mengalami perubahan secara signifikan sehingga korupsi dapat berlangsung terus.

Guru Besar Faultas Ilmu Budaya (FIB) UGM ini menambahkan sejak dari masa pemerintahan kolonial sampai menjelang akhir periode tersebut, koruptor sejati adalah pemerintah lewat birokrat-birokrat yang menyelewengkan pajak yang dibebankan kepada rakyat. Besarnya beban pajak yang harus ditanggung serta maraknya praktek penyelewengan pajak menjadikan rakyat melakukan perlawanan.

Pangeran Diponegoro di masa pemerintahan kolonial menurut Suhartono merupakan sosot pejuang yang tidak hanya mendambakan kemerdekaan namun juga mendobrak tata pemerintahan korup pemerintah kolonial yang mengeksploitasi rakyat lewat pajak yang diselewengkan oleh para birokrat-birokrat.

Dianggap sebagai simbol kesatria yang tulus dan jujur, menguasai seni berperang, dan memiliki jiwa kepemimpinan yang lebih baik, Diponegoro mampu menggerakkan masyarakat melakukan perlawanan pada pemerintah Belanda. Perlawanan yang dilakukan sang pangeran bahkan diikuti masyarakat tidak hanya di Yogyakarta, namun juga di Jawa Tengah dan Jawa Timur. “Perang itu meluas hingga ke Jawa Timur. Ini saya sebut sebagai perang jawa religius,” katanya.

Di luar kepahlawanan, sosok Pangeran Diponegoro menurut Suhartono seharusnya menjadi panutan bagi pemimpin dan penguasa untuk mengedepankan kejujuran dan sikap nasionalisme yang lebih besar. “Karakter kesatria Diponegoro seharusnya bisa menjadi panutan,” katanya.

Di kesempatan yang sama, Asisten peneliti Pusat Studi Pancasila (PSP) UGM, Cahyo Gumilang, mengatakan goa selarong yang dulunya menjadi tempat persembunyian pangeran diponegoro selama perang gerilya saat ini kurang terawat meski sudah dijadikan objek wisata. Goa yang berada di desa Guwasari, pajangan, Bantul tersebut bahkan minim perawatan. “Transportasi umum menuju ke sana saja tidak ada,” katanya. Ia mendesak pemerintah untuk segera memberi perhatian pada lokasi wisata bersejarah tersebut. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Berita Terkait

  • Sejarawan UGM: Korupsi, Warisan dari Penyakit Sosial Orang Indonesia

    Tuesday,26 August 2008 - 14:46
  • Politisi dan Swasta Dominasi Terpidana Korupsi

    Tuesday,05 April 2016 - 22:45
  • JURUSAN SEJARAH FIB UGM ADAKAN WORKSHOP

    Saturday,08 January 2005 - 12:21
  • Ganjar Pranowo: Pemerintah Tidak Serius Melaksanakan Reformasi Birokrasi

    Sunday,25 November 2012 - 11:59
  • Reuni Akbar Alumni Sejarah: Masa Lalu Selalu Aktual

    Monday,20 March 2017 - 8:27

Rilis Berita

  • Dosen Perikanan UGM Murwantoko Dikukuhkan sebagai Guru Besar 21 March 2023
    Dosen Departemen Perikanan, Prof. Dr. Ir. Murwantoko, M.Si., dikukuhkan sebagai G
    Gloria
  • Komunitas Mahasiswa Hindu UGM Ikuti Tawur Agung di Candi Prambanan 21 March 2023
    Mahasiswa UGM yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Komunitas Mahasiswa Hindu Dharma (UKM
    Ika
  • 40 UMKM Mengikuti Pelatihan Peningkatan Kualitas Proses Pengolahan dan Pengemasan Produk 21 March 2023
    Sebanyak 40 pelaku UMKM mengikuti Pelatihan Peningkatan Kualitas Proses Pengolahan dan Pengemasan
    Agung
  • UGM Kembangkan Aplikasi TOMO Untuk Penanganan Tuberkulosis Resisten Obat 21 March 2023
    Penyakit tuberkulosis (TB) masih menjadi persoalan kesehatan di Indonesia. Dalam lapora
    Ika
  • Entrepreneur di Bidang Peternakan Masih Minim 21 March 2023
    Meski masih terbuka lebar Indonesia masih kekurangan entrepreneur di bidang peternakan. Data Bada
    Agung

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual