Bermula dari keprihatinan makin maraknya penyalahgunaan data internet dan basis data di perpustakaan untuk melakukan pencontekan (plagiat) dalam penyusunan skripsi, tesis dan disertasi, telah mendorong dosen dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM Dr Didi Achjari M.Com berhasil merancang sebuah aplikasi (sofware) untuk memudahkan dalam mendeteksi kemungkinan adanya plagiasi dalam pembuatan karya tulis ilmiah.
Bersama dengan anggota tim dosen UGM lainnya, satu orang dosen FEB UGM Dimas Mucklas SE Skom, dan dua orang dosen FMIPA, Arman Rohiman S.Kom dan Ajeng Nurhidayati S.Kom berhasil membuat rancangan aplikasi yang diberi nama TESSY (Test of Text similarity). Proses perancangan aplikasi bahkan sudah dirintis sejak tahun 2006 yang lalu.
Aplikasi TESSY yang inovatif ini pun kemudian diikutkan dalam “Acer Intel E-Learning Competition†tingkat nasional yang diadakan pada bulan September 2008 lalu. Setelah ikut dalam seleksi dan presentasi, aplikasi buatan dosen UGM ini berhasil menjadi pemenang untuk karya inovasi e-learning kategori dosen kelompok.
Menurut pengakuan Didi, aplikasi ini sudah digunakan di lingkungan Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM. Setiap mahasiswa yang akan meloloskan skripsinya akan diwajibkan menyerahkan softcopy skripsinya untuk di uji menggunakan aplikasi tersebut di bagian perpustakaan. Apabila dari hasil deteksi dari TESSY tidak ditemukan unsur plagiat maka skripsinya dinyatakan lulus dan berhak ikut dalam wisuda.
“Sebaliknya apabila ditemukan ada kemiripan literatur, maka mahasiswa yang bersangkutan tersebut akan dipanggil untuk dimintai konfirmasi dan meminta pembuatan ulang skripsinya,†kata Dr Didi Achjari kepada wartawan dalam bincang-bincang di ruang Fortakgama, Selasa (21/10).
Sementara ini, kata Didi, dari aplikasi ini dirinya sudah menemukan dua mahasiswa yang diketahui melakukan plagiasi dalam pembuatan skripsinya. Kedua mahasiswa tersebut mengakui perbuatannya dan mengoreksi kembali penyususnan skripsinya kembali.
Lebih lanjut diungkapkan oleh pria kelahiran magelang 4 januari 1971 ini, aplikasi buatannya ini dirasakan cukup efektif dalam mengawasi mahasiswa menyusun skripsi atau tesisnya. Apalagi di FEB UGM sendiri, aplikasi TESSY sudah menggunakan basis data dengan menggunakan referensi yang ada di perpustakaan FEB.
Doktor Graduate School of Business Curtin University of Technology ini menjelaskan, fitur TESSY ini memungkinkan untuk membandingkan dua karya tulis dan juga bisa membandingkan satu karya tulis dengan banyak karya tulis yang tersimpan di basis data perpustakaan digital. Adapun syarat utama agar bisa bekerjanya aplikasi ini menurut Didi adalah ketersediaan softcopy (file) dari karya tulis tersebut.
“Aplikasi ini pun juga bisa diatur sesuai asumsi kemiripannya karena bisa jadi tiap lembaga punya standar kemiripan yang berbeda untuk bisa masuk kategori penjiplakan, misal karena ada sebagaian kesamaan referensi atau daftar pustaka. Fitur lain dari TESSY adalah kemampuannya untuk mencetak laporan formal untuk keperluan syarat mengikuti wisuda atau proses penyelidikan lebih lanjut,†imbuhnya.
Bukan hanya itu saja, Wakil Dekan Bidang Administrasi FEB UGM ini menyatakan, aplikasi ini pun mendeteksi kemiripan karya tulis secara mudah dan cepat. Sehingga dapat membantu dosen maupun sivitas akademika untuk memudahkan dalam mendeteksi tingkat kemiripan sebuah karya tulis.
Dijelaskan oleh Didi, ada dua metode pengujian dalam aplikasi TESSY, yaitu uji kemiripan teks dan uji kemiripan frase. Metode kemiripan teks digunakan untuk menghitung prosentase kemiripan dokumen yang diuji dengan dokumen yang sudah ada. Metode kedua, uji kemirifan frase. Pengujian kemiripan frase ini snagat penting, karena suatu penelitian maupun karya ilmiah pasti mengacu berbagai literatur terdahulu bahkan penjiplakan bisa bermula dari penggunaan frase yang sama.
“Apabila dalam fitur tersebut ditemukan hasil deteksi diperoleh perbandingan antara jumlah teks yang sama dengan jumlah perubahan yang terjadi maka akan muncul nilai prosentase yang tinggi tingkat kemiripan. Sementara dalam deteksi adanya persamaan frase, maka fitur tersebut bekerja berdasarkan frase dan jumlahnya,†kata peraih Master dari university of new south wales, Australia ini. (Humas UGM/Gusti Grehenson)