Yogya, KU
Tim Peneliti Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada sedang mengembangkan pembuatan susu tablet sebagai salah satu cara untuk mengatasi malnutrisi bagi anak-anak. Tidak ubahnya seperti susu yang biasa dikonsumsi, susu tablet merupakan susu cair yang sudah dipadatkan dalam bentuk seukuran permen.
“Kita akan membuat tablet susu, dibuat dengan teknologi yang sedemikian rupa sehingga susu dibuat dalam bentuk tablet kecil-kecil, tidak ubahnya seperti permen biasa,†kata Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof Dr Ir Tri Yuwanta SU DEA, di sela-sela kegiatan seminar “Pengembangan Agroindustri Usaha Persusuan Nasional untuk Perbaikan Gizi Masyarakat dan Kesejahteraan Peternak†dalam rangka Dies Natalis ke-39 Fakultas Peternakan, Rabu (5/11) di Hotel Santika, Yogyakarta.
Diakui oleh Tri Yuawanta, kandungan gizi yang dimiliki susu tablet sama bagusnya dengan susu cair yang biasa dikonsumsi. Dirinya menambahkan, dalam bentuk tablet, susu dapat diminum kapan saja dan dimana saja. Sementara susu cair, jika dibiarkan dalam ruangan terbuka selama dua jam maka tidak layak lagi untuk dikonsumsi.
“Kelebihan susu tablet dibanding dengan susu cair, lebih mudah untuk dibawa ke mana-mana seperti permen yang bisa disimpan di kantong saku. Sementara susu cair, tidak layak dikonsumsi lagi apabila dibiarkan terbuka selama dua jam,†katanya.
Tri Yuwanta menjelaskan, untuk satu liter susu cair, bisa dibuat sekitar 10 hingga 15 tablet susu berdasarakan ukuran yang diinginkan. Sehingga, cukup mengkonsumsi tiga hingga lima tablet susu sehari sudah cukup memberi asupan gizi dalam tubuh.
“Satu liter susu cair, bisa menghasilkan 10 hingga 15 tablet sesui dengan ukuran tertentu, bila minum susu sehari dianjurkan minimal minum ¼ liter susu, maka dengan bentuk tablet cukup mengkonsumsi beberapa tablet saja sudah bisa mencukupi kebutuhan akan susu,†katanya.
Dalam proses penelitian awal susu tablet, katanya, pihaknya sudah membuat tablet susu dari susu kambing etawa sebelumnya. Khusus, penggunaan susu kambing etawa dalam pembuatan susu tablet menurut tri yuwanta sebenarnya berdasarakan atas kandungan gizi dari susu kambingan etawa yang lebih baik dibanding dengan susu sapi perah. Meski tingkat, produksi susu kambing etawa jauh lebih kecil dibandingkan dengan susu sapi perah.
“Susu kambing etawa memiliki kelebihan pada kandungan gizinya, terutama pada albumin susunya lebih tinggi 15 persen begitu juga kandungan mineralnya. Tingkat produksi kambing etawa hanya bisa menghasilkan 3 liter susu tiap harinya, sebaliknya sapi perah bisa hasilkan 15 hingga 20 liter†jelasnya.
Meskipun demikian, dalam proses pembuatan susu tablet pihaknya berencana menggunakan seratus ekor sapi perah dan kambing etawa untuk membuatan susu tablet. Rencananya susu tablet ini akan mulai diluncurkan dan diproduksi tahun 2009. Saat ini pihaknya sedang menjalin kerjasama dengan berbagi pihak, diantaranya Direkorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (BPPHP), Deptan RI.
Proses produksi susu tablet ini kata tri Yuweanta juga akan melibatkan para peternak sapi perah dn kambing etawa yang berada di desa-desa hanya saja dirinya mengakui ada kendala dalam hal pengadaan alat untuk mencegah agar susu yang baru habis diperah dalam pengirimannya tidak lekas busuk.
“Alat ini belum bisa disediakan karena harga cukup mahal, masyarakat tentu sulit sekali memilikinya, maka dai itu, kita berencana bekerjasama dengan dirjen BPPHP untuk menyedikan alat itu, dan alat ini nantinya akan didistribusikan ke desa-desa,†jelasnya.
Dengan adanya susu tablet ini pula, kata Tri Yuwanta, maka susu akan bisa dikirim ke wilayah manapun terutama kepada pihak yang memerlukan dan membutuhkan, tanpa harus mengirimkan susu segar lagi.
“Kalo misalnya ada kasus malnutrisi di NTT, kita tinggal mengirimkan susu tablet, tidak lagi harus susu cair, †ujarnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)