Mahasiswa kehutanan Indonesia menyambut kedatangan mahasiswa kehutanan dari seluruh dunia dalam acara simposium mahasiswa kehutanan internasional ke 37 pada tanggal 26 Agustus – 9 September 2009. Simposium tahunan ini diselenggarakan atas kerjasama antara Universitas Gadjah Mada dan Institut Pertanian Bogor. Selain itu, simposium ini juga merupakan acara lanjutan dari simposium mahasiswa kehutanan internasional di Bulgaria 2008 dan Afrika Selatan 2007.
IFSA (International Forestry Students’ Association) merupakan organisasi yang mempunyai tujuan pokok untuk memperkaya pengetahuan mahasiswa-mahasiswa kehutanan melalui pendidikan formal dan juga meningkatkan kerjasama internasional beserta jaringan antar anggotanya atau dengan professional partners melalui penyelenggaraan simposium mahasiswa kehutanan international.
Indonesia yang merupakan salah satu negara dengan hutan yang luas telah merasakan dampak negatif dari degradasi hutan sejak tahun 1990. Ketidakseimbangan antara pemanfaatan, perlindungan, dan pemeliharaan hutan diperkirakan sebagai faktor utama hilangnya hutan tropis di Indonesia. Semakin kerasnya permasalahan politik dan perubahan kebijakan, tidak tepatnya sistem pengelolaan hutan, dan minimnya tenaga kerja profesional di bidang kehutanan merupakan hal-hal yang mendasari penyebab-penyebab degradasi hutan. Dimana degradasi hutan ini mengakibatkan hilangnya sumber daya potensial yang ada di dalam hutan seperti kayu, keanekaragaman hayati, dan nilai-nilai ekologi.
Dengan tema utama Forest Conservation: Balancing Utilization, Protection and Preservation, simposium ini akan mendiskusikan tentang bagaimana pembuat kebijakan di Indonesia dan praktisi-praktisi di bidang kehutanan menghadapi tuntutan pembangunan hutan yang berkelanjutan dari berbagai bidang. Pendekatan tersebut merupakan suatu usaha jangka panjang yang terintregasi untuk menjaga hutan tropis Indonesia yang berharga.. Topik-topik yang akan dibahas antara lain, forest governance, skema insentif bagi masyarakat sekitar hutan, perdagangan karbon, dan pendidikan kehutanan.
Topik-topik diatas akan diulas dalam dua minggu selama simposium berlangsung. Kurang lebih sejumlah 150 mahasiswa yang berkecimpung di bidang kehutanan dan lingkungan dari seluruh dunia akan belajar secara langsung tentang bagaimana Indonesia merespon isu-isu kehutanan global.
Selain dihadiri oleh mahasiswa kehutanan dari seluruh dunia, simposium ini juga akan dihadiri oleh para pembuat kebijakan, seperti pemerintah, LSM, peneliti, dan stakeholder lainnya. Harapan kami untuk IFSS 2009 dapat memperluas wacana kita tentang isu-isu kehutanan dan manajemennya. Kami berharap pula akan kontribusi simposium ini sebagai salah satu dasar mahasiswa kehutanan untuk menjadi pemimpin dan pengelola hutan di masa yang akan datang. Akhmad Viko Zakhary Santosa Organizing Committee President