Guru Besar Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik UGM, Prof Adhi Susanto MSc PhD, menyesalkan lambannya pemanfaatan teknologi untuk perkembangan budaya di Indonesia akibat masih adanya persepsi bahwa teknologi dan budaya tidak bisa digabung. Padahal, hasil teknologi di masa lalu, seperti bangunan piramida di mesir dan candi borobudur di Magelang, kini disebut peninggalan budaya.
“Bagaimana bisa masyarakat bisa membangun bangunan yang begitu megah, tentunya dibangun dengan menggunakan teknologi. Tidak ada yang menyebutkan mereka sebagai peninggalan teknologi tapi tetap peninggalan budaya,†kata Adhi Susanto, saat menyampaikan Orasi Budaya dalam perayaan lustrum IX jurusan teknik elektro, Sabtu malam (15/11) di Plaza KPTU Teknik UGM.
Adhi Susanto menambahkan, masyarakat luar negeri bahkan sudah mengakui proses pembuatan keris sebagai hasil peninggalan budaya di Indonesia menggunakan teknologi yang begitu rumit dalam proses pembuatannya dan hal ini diakui langsung oleh UNESCO.
Menurut pencipta gamelan elektronik di tahun 1977 ini, penemuan hasil teknologi merupakan bagian dari hidup manusia. Semakin modern suatu masyarakat maka makin cepat proses pembudayaan teknologi sehingga penteknologian budaya akan berkembang lebih besar.
Dirinya mencontohkan, proses pembuatan gendang yang terdiri dua kulit yang ditabuh, ternyata menggunakan teknologi yang mampu menghasilkan bermacam-macm suara sesuai dengan kemampuan penabuhnya.
“Dalam gendang itu sengaja dibuat lekukan untuk hasilkan gradiasi suara, makanya suara gebndang bisa bermacam-macam tergantung penabuhnya,†jelas pria kelahiran Banjar, 29 april 1940 ini.
Suami dari Sri Suwati ini juga sempat menyinggung perkembangan teknologi informasi dan komunikasi melakukan penetrasi ke dalam masyarakat berkebudayaan luar biasa cepatnya, sehingga berbagai ekses negatif tampak muncul seperti halnya teknologi televisi yang merusak mental dan moral. Menurutnya, dampak negatif yang akan ditimbulkan sangat bergantung dengan proses seleksi alami dari masayarakat secara spontan.
“Teknologi telepon seluler saat ini sudah mencapai pengguna di atas satu miliar berarti 1/6 penduduk dunia sudah memiliki telepon seluler,†imbuhnya.
Peran aktif masyarakat dan pemerintah menurut Adhi Susanto sangat penting untuk menjamin berkembangnya teknologi yang berbudaya disamping mengembangkan budaya berteknologi. Dirinya juga mengkritisi dunia perfilman di tanah air yang kini belum mengarah ke budaya yang berteknologi seperti layaknya film-film dari India.
Adapun dunia perguruan tinggi diakuinya juga memiliki peran penting untuk mengembangkan budaya dengan teknologi, karena HB IX sebelumnya pernah menyampaikan pesan bahwa tradisi budaya yang ada di keraton misalnya, proses pengembangannya dilakukan di perguruan tinggi.
“Keraton hanya memelihara tradisi, sementara pengembangan budaya itu sendiri dilakukan di perguruan tinggi,†ujar bapak tiga anak ini. (Humas UGM/Gusti Grehenson)