Yogya, KU
Potensi biomasa hasil komoditas dan limbah pertanian yang mencapai 441 giga joule di masa mendatang memiliki peran penting dan sangat strategis sebagai sumber energi alternatif terbarukan dalam bentuk biofuel, biodiesel, arang bakar, bioetanol dan biogas dalam mendukung pengurangan subsidi bahan bakar minyak dan diversifikasi usahatani.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Pertanian Dr Ir Anton Apriantono dalam pidato sambutannya yang dibacakan oleh Dr Ir Kaman Nainggolan MS, asisten ahli Menteri Pertanian RI, dalam Pembukaan Gelar Teknologi dan Seminar Nasional Pertanian 2008, Selasa (18/11) di ruang Seminar, Fakultas Teknologi (TP) UGM.
Menurut Kamam, beragam komoditas pertanian yang bisa dikembangkan sebahai bahan baku energi beberapa diantaranya, jarak pagar, sawit, kelapa, sagu, tebu, ubi kayu, jagung, ubi jalar, dan sorgum. Sedangkan limbah biomasa pertanian juga dinilai memiliki potensi sebagai bahan baku energi, yakni limbah kelapa sawit dan kelapa, sekam dan jerami padi, tongkol jagung, kotoran ternak.
“Deptan sendiri memberi perhatian khusus terhadap pengembangan komoditas dan limbah biomasa pertanian yang punya potensi bahan energi ini,†kata Kaman.
Lebih lantut Kamam menambahkan, Badan Litbang Deptan kini telah menghasilkan beberapa klon atau varietas unggul sawit dan jarak pagar yang berproduktivitas tinggi dan ubi kayu yang rendemen etanolnya tinggi.
“Deptan juga memberikan penyediaan benih dan bibit serta teknologi budidayanya, †imbuhnya.
Disamping itu, tambahnya, Deptan juga telah melakukan pengembangan teknologi pengolahan minyak sawit dan kelapa menjadi biodiesel, umbi-umbian dan tebu menjadi bioetanol serta jarak pagar menjadi minyak jarak pengganti minyak tanah.
Sementara Direktur Pusat Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengungkapkan, kebutuhan konsumsi BBM dalam negeri yang terus meningkat sekitar 1,3 juta barel per hari sehingga tidak sepadan dengan produksinya yang hanya 950 barel perhari, sehingga upaya pengembangan bahan bakar alternatif di masa mendatang menjadi sangat penting.
“Salah satu bahan bakar alternatif yang mulai dikembangakan adalah biofeuel,†jelasnya.
Menurutn Kardono, keuntungan dari biofuel sebagai salah satu sumber energi yang dapat diperbaharui tidak hanya mampu mengurangi ketergantungan negara terhadap impor BBM, dapat memperpanjang umur mesin, mengurangi emisi polutan melainkan juga mampu meningkatkan perekonomian petani dan sebagai bahan bakar yang lebih bersih karena tingkat emisi CO2-nya dianggap nol.
“Keuntungan adanya biofuel sebagai komponen bahan bakar akan mengurangi kebutuhan impor bahan bakar minyak secara nyata dan berpotensi memberikan pendapatan kepada masyarakat, sehingga berpeluang menyerap tenaga kerja di pedesaan,†ujarnya.
Meski demikian, Kardono tetap menyarankan untuk tetap dilakukan penelitian lebih lanjut guna mengkaji lebih jauh produktivitas penanamannya, aspek teknis pengunaan biodiesel dan bioetanol, dan potensi pasar untuk ekspor biodiesel dan bioetanol.
Dalam seminar nasional yang berlangsung dua hari ini, 17-19 November di FTP UGM ini rencananya akan disampaikan 77 makalah hasil penelitian dari penelti teknik pertanian yang tergabung dalam Perhimpunan Teknik Pertanian (PERTETA). Bersamaan dengan acara seminar ini juga digelar pameran teknologi teknik pertanian, beberapa diantaranya teknologi silo beraerasi untuk menyimpan biji-bijian, perencanaan manajemen aset irigasi, alat pemasak dengan tekanan udara tertinggi, electronic nose, pengering vakum, gasifier untuk mengubah limbah biomassa menjadi bahan bakar gas. (Humas UGM/Gusti Grehenson)