Tim mahasiswa Teknik Geologi UGM berhasil menyabet juara umum dalam perlombaan Geology Student Competition (GSC) 2008, yang diselenggarakan di kampus ITB, Bandung, 27 Oktober hingga 1 November 2008 lalu yang diikuti tujuh tim peserta. Selain UGM, peserta lainnya berasal dari ITB, Undip, Unpad, STTNAS, Akprind, dan Akademi Geologi Perminyakan (AGP) Bandung.
Tim geologi UGM di perkuat oleh Suryatno (2005), Firman Bumulo (2004), Rani Evelin (2005), Rahmadi Hidayat (2004), dan M Syahdan (2005), selama lima hari berturut-turut mengikuti kompetisi yang diadakan oleh Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI). Empat hari perlombaan dilaksanakan di dalam ruang, untuk uji soal teori, praktikum petrologi, paleontologi dan analisa core. Sedangkan hari kelima, peserta diharuskan melakukan uji lapangan, Measures Section (MS), mulai sejak pukul 5 pagi hingga pukul 8 malam.
Koordinator tim, Suryatno, mengakui mereka tidak menyangka bisa menjadi juara umum karena saingan terberat berasal dari tim ITB dan Unpad. Karena dalam kompetisi yang sama tahun lalu, ITB jadi juara umum. Namun kompetisi kali ini, ITB hanya bercokol di posisi keempat. Adapun juara dua diraih oleh Unpad, ketiga diraih Undip..
“Sebelum pengumum, UNPAD dan ITB merupakan lawan terberat kita. Dengan perjuangan dan kekompakan tim selama perlombaan, akhirnya tim kita bisa menang,†kata Suryatno sumringah, Kamis (21/11), dalam bincang-bincang dengan wartawan di ruang fortakgama.
Diakui oleh pria kelahiran Pati, 27 Juli 1987 ini, soal-soal yang dilombakan sangat berbobot dan tidak terduga jenis soalnya, meski demikian materi soal tersebut susah tidak asing lagi karena sering didapatkan di bangku kuliah.
Hal senada juga disampaikan Rani Evelin, satu-satunya peserta putri dari UGM, Menurutnya selama di lapangan mereka diharuskan mengamati dan menganalisis sejarah geologi di sebuah sungai yang sengaja tidak disebutkan nama dan letaknya oleh pihak panitia. Di sepanjang sungai, mereka diharuskan mampu menyingkap jenis, struktur, lapisan, tingkat sedimentasi tanah dan bebatuan.
“Selama berjam-jam di sungai, kami diharuskan mendapat data geologinya” kata mahasiswi asal pekan baru, Riau ini.
Dalam pengamatan di areal sungai sepanjang tujuh ratus meter ini, diakui Rani, mereka tidak hanya menyusuri dan masuk ke dasar sungai, sesekali harus menyelam ke dalam sungai untuk mengambil sampel bebatuan yang dikehendaki.
Semua sampel tanah dan bebatuan ini kemudian dikumpulkan, lalu dianalisis sejarah geologi, pola pembentukan, posisi tanah dan bebatuan, proses terjadinya pengendapan, serta sejarah terbentuknya batuan.
Delapan jam di sungai, upaya mereka ternyata tidak sia-sia, selain dapat menganalisis sejarah geologi kawasan sungai tersebut, tim dari geologi UGM juga menemukan sebuah fosil yang menempel di bebatuan sungai. Penemuan ini dialkukan secara tidak sengaja di kala melepas lelah dan duduk di atas bebatuan mereka menemukan fosil bintang laut (Echinodermata) yang menempel di batu yang mereka diduduki.
“Fosil yang ditemukan tidak sembarangan, ternyata sebuah bintang laut yang berumur sekitar 15 juta tahun yang lalu,†kata Firman Bumulo.
Menurut Firman, bukan fosil bintang laut yang menyebabkan mereka bisa menang, namun berkat kerjasama tim yang dibangun dalam pembuatan laporan, analisis dan hasil presentasi yang baik akhirnya mereka bisa jadi menang.
“Sejak dari awal keberangkatan, kekompakan tim sudah dibangun, karena sedari awal kita ingin tidak hanya jago kandang tapi berusaha menjadi jago tandang,†ungkapnya.
Sementara dalam pengerjaan laporan, diakui Rahmadi, mereka saling berbagi tugas dalam menganalisis dan membuat laporan. Seperti misalnya dalam pembuatan laporan analisisi struktur geologi diserahkan pengerjaannya ke Syahdan, analisis mineral dan batuan diserahkan ke Rani, analisis Fosil dibahas Suryatno dan Firman, dan Rahmadi sendiri lebih fokus ke aplikasi geologi.
Proses perlombaan yang dilakukan secara maraton ini diakui Syahdan begitu cukup menguras tenaga dan pikiran, namun mereka berusaha untuk tetap bisa rilek. Tidak heran dalam perjalanan di bus atau istirahat di asrama mereka tetap selalu saling bercanda, sekedar melepas kepenatan supaya tidak stres saat perlombaan.
Suryatno membocorkan sedikit hasil pengamatan mereka di lapangan, ternyata baru diketahui jika daerah yang mereka amati adalah sungai Cipamingkis, Bogor. Di kawasan tersebut, menyimpan kandungan batu pasir dan batu lempung yang sudah terbentuk jutaan tahun yang lalu, sehingga potensial sebagai daerah penghasil minyak dan gas bumi.
“Disimpulkan daerah ini sebelumnya merupakan bekas laut dangkal, dan di daerah ini potensial sumber hidro karbon sebagai penghasil minyak bumi,†ujarnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)