Kepala Kebijakan Fiskal Depkeu, Dr Anggito Abimayu, menegaskan kondisi perekonomian nasional untuk sementara ini dirasakan masih cukup kuat dalam menahan gempuran dampak krisis ekonomi global yang kian lama mulai makin terasa, terutama di sektor keuangan dan sektor riil. Salah satunya, merosotnya nilai tukar rupiah yang sudah melampaui angka psikologis diatas sepuluh ribu rupiah telah menyebabkan nilai cadangan devisa tergerus hingga 19 milyar dollar.
“Saat ini inflasi mulai longgar, harga sembako sudah mulai sedikit turun, namun nilai tukar rupiah kita tetap terkoreksi, menyebabkan cadangan devisa juga ikut terkoreksi dari sebelumnya 69 milyar dollar menjadi 50 milyar dollar,†kata Anggito Abimayu dalam Dialog Publik “Mengkritisi Kebijakan Pemerintah dalam Penanganan Krisis Keuangan Indonesia†yang diselenggarakan atas kerjasama BEM KM UGM, BEM FEB UGM dan Gama Cendekia, Sabtu (22/11) di Auditorium MM UGM.
Menurut staf ahli menteri keuangan RI ini, pertumbuhan ekonomi nasional untuk sementara ini masih berada di atas angka enam persen, namun demikian, akibat krisis global, disinyalir dalam beberapa bulan mendatang akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup lambat.
“Pemerintah dan BI, sudah melakukan beberapa langkah antisipatif dengan menempatkan dana talangan di beberapa BUMN, memberikan dana jaminan pengaman di sektor keuangan, memperluas penjaminan simpanan ke perbankan dengan cara menjamin dana 2 milyar pada setiap simpanan nasabah di bank,†kata staf pengajar fakultas ekonomika dan bisnis (FEB) UGM.
Selain melonggarkan aturan-aturan di perbankan dan pasar modal, lanjut Anggito, pemerintah juga melakukan buyback saham BUMN dan mengatur pengelolaan transaksi valas guna mengurangi upaya spekulan memanfaatkan isu-isu ekonomi.
“Bagi mereka yang ingin masuk valas, akan ditanyakan alasannya, agar valas tidak dispekulasi,†katanya.
Terkait dengan kondisi APBN 2009 yang mengalami defisit yang cukup besar, pemerintah sudah mendisain anggaran APBN dengan meninjau kembali kemampuan cadangan devisa melalui fasilitas trade financing, mengendorkan impor barang konsumsi dan impor barang ilegal. Di samping itu, pemerintah berupaya mempercepat pencairan pinjaman proyek pemerintah dan BUMN serta mengurangi penerbitan obligasi.
“Dalam APBN 2009, untuk asumsi makro ekonomi, saya masih tetap optimis, namun pemerintah tetap mengupayakan cadangan risiko yang lebih besar,†jelasnya.
Prioritas belanja pemerintah diakuinya akan diarahkan kepada membiayai program pengentasan kemiskinan seperti PNPM, subsidi langsung dan mempercepat pembangunan infrastruktur. Sementara untuk menstimulus kegiatan sektor riil, pemerintah akan menurunkan tarif pajak penghasilan sekitar 2 persen dan memberikan insentif pajak.
Untuk menjaga stabilitas makro saat ini, pemerintah dan BI sedang berusaha meningkatkan kepercayaan pihak perbankan dan nasabah, mengendalikan inflasi dan mencukupkan jumlah cadangan devisa. Bagi bank-bank yang bermasalah seperti Bank Century, kata Anggito, akan segera diambil langkah kongkrit untuk diamankan segera agar tidak menimbulkan efek yang lebih luas.
“Salah satunya, menjamin dana nasbah dan mengganti manajemen bank tersebut,†ujarnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)