Fakultas Kedokteran (FK )UGM gandeng Nara Institute Science and Technology (NAIST) Jepang dan Universitas Sains Malaysia (USM) jalin kerjasama dan berbagi pengalaman dalam bidang penelitian dan pengobatan biomedik dari genetik hingga aplikasi.
“Penelitian biomedik dinilai memegang peranan cukup penting untuk mengenali sebab muasal suatu penyakit melalui penelitian genetik sehingga nantinya akan mampu dilakukan analisa dan penanganannya secara tepat,†kata Wakil Dekan Bidang Riset, Pengembangan dan Pascasarjana FK UGM Prof. dr. Sofia Mubarika, M.Med.Sc., Ph.D usai Simposium Internasional Penelitian Biomedik dari Gen hingga Aplikasi, Selasa (25/11/) di ruang Auditorium FK UGM.
Peneliti senior nasofaring Fakultas Kedokteran UGM mengatakan, dengan pendekatan biomedik sejak awal ini maka diharapkan akan banyak penyakit yang bisa dipecahkan. Karena biomedik merupakan cabang dalam ilmu kedokteran yang menggunakan asas-asas dan pengetahuan dasar seperti Biologi, Kimia dan Fisika untuk menjelaskan fenomena hidup pada tingkat molekul, sel, organ dan organisme utuh.
Melalui Biomedik, lanjut Sofia Mubarika, bisa menjelaskan hubungan antara genetik dengan penyakit dan mencarikan serta mengembangkan bahan yang tepat untuk mencegah, mengobati dan memulihkan kerusakan akibat penyakit tersebut.
Sofia menambahkan, berbagai jenis penyakit yang saat ini tengah gencar dilakukan penelitian mengenai biomedik tersebut diantaranya penyakit yang timbul karena perubahan gaya hidup seperti hipertensi, diabetes mellitus (kencing manis), penyakit akibat infeksi seperti malaria, TBC, DBD hingga flu, serta kelainan genetik seperti talasemia dan lumpuh.
“Hipertensi, diabetes mellitus serta infeksi HIV, penyakit ini timbul akibat gaya hidup, adapun disebabkan oleh kelainan genetik ini seperti talasemia dan kelumpuhan, dan sebagainya†ujar Sofia Mubarika.
Berbagai penyakit ini diakui Sofia bukan hanya terjadi di Indonesia namun juga terjadi di berbagai negara lain seperti Jepang dan Malaysia. Pengalaman dan kemajuan masing-masing negara dalam hal penelitian dan pengobatan berbagai penyakit ini diakui Mubarika tentunya penerapannya berbeda dan memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga setidaknya ketiga negara bisa saling tukar informasi dan pengetahuan.
“Kerjasama penelitian dan cara pengobatan tentunya sangat mungkin untuk dilakukan,†tegasnya.
Sofia Mubarika mencontohkan, FK UGM sudah sejak 8-10 tahun terakhir ini telah lebih jauh melakukan penelitian biomedik deteksi dini dan penangangan kanker nasofaring.
“Kemajuan FK UGM dalam riset nasofaring ini, mendapat perhatian dari Depkes RI, sehingga meminta FK UGM untuk mengembangkan alat skrining deteksi dini kanker nasofaring yang murah dan terjangkau oleh masyarakat, dalam waktu dekat akan diproduksi,†katanya.
Hal senada juga disampaikan oleh Prof Mustofa dari USM, Malaysia, menurutnya kerjasama penelitian antara UGM dan USM sangat memungkinkan dilaksanakan karena memiliki pengalaman yang sama banyaknya di bidang biomedik terutama dalam mengobati penyakit generatif.
“Kita menemukan penyakit yang sama, sehingga bisa secara bersama berbagi pengalaman kerjasama dan saling bantu dalam mengontrol penyakit,†ungkapnya.
Sementara Dr dr Ahmad Hamim Sadewa, kordinator Simposium Internasional dari FK UGM menambahkan, kerjasama dengan Jepang dan Malaysia memberikan manfaat yang cukup besar, mengingat penelitian di dua negara ini dinilai cukup baik sehingga peneliti FK UGM bisa ambil bagian dan bisa menerapkannya di Indonesia. (Humas UGM/Gusti Grehenson)