Yogya, KU
Kegemukan atau obesitas saat ini tidak hanya menjadi problem di negara-negara maju dan kaya. Di negara-negara berkembang dan miskin kegemukan juga sudah menjadi persoalan yang mengkhawatirkan.
“Saat ini sekitar 115 juta penduduk di negara berkembang dan miskin punya masalah kegemukan. Secara global tahun 2015 global akan terdapat 2,3 milyar penduduk gemuk dan 700 juta mengalami kegemukan,†ungkap Prof Dr Soekirman, Guru Besar Emiritus Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor kepada wartawan, Jumat (7/12) di kampus FK UGM dalam rangka sosialisasi ‘seminar obesitas’ yang rencananya akan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 8 Desember 2007 di Auditorium MM UGM.
Soekirman juga menyebutkan WHO telah menempatkan kelebihan berat badan dan kegemukan merupakan satu dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia. Bahkan secara proporsional dianggap telah mewabah mencapai suatu tingkat wabah global dengan resiko akan memunculkan berbagai penyakit mematikan seperti jantung, diabetes dan kanker.
Menurut Soekirman, meningkatnya obesitas di negara miskin dan berkembang karena faktor penyebab munculnya masalah ini tidak hanya pada banyak atau sedikitnya makanan yang dimakan oleh seseorang.
“Faktor genetik diduga menjadi faktor penting dari meningkatkan masalah ini di negara miskin,†imbuhnya.
Bahkan mengutip penelitian yang dilakukan Prof Friedman dari Rockefreler University US menemukan adanya mutasi gen penyebab kegemukan sampai lima kali dalam 25 tahun terakhir.
“Akibat mutasi gen ini menjadikan perubahan metabolisme pada tubuh sehingga makanan tidak langsung diolah menjadi energi tetapi menjadi lemak yang menyebabkan kegemukan. Padahal terdapat sekitar 250 gen yang terkait dengan kegemukan,†katanya.
Selain itu, perubahan pola hidup masyarakat juga menjadi penyebab meningkatknya kegemukan di negara berkembang. Semakin sempitnya ruang publik untuk anak-anak bergerak menjadikan keluaran energi seseorang menjadi sedikit sehingga lebih banyak makanan yang disimpan jadi lemak.
“Lihat saja anak-anak sekarang susah sekali disuruh bergerak. Mereka bermain game yang bisa dilakukan dengan tiduran,†katanya.
Soekirman menilai masalah ini harus segera menjadi perhatian banyak pihak. Karena menurutna, menangani masalah kegemukan jauh lebih sulit dibandingkan dengan menyelesaikan masalah kekurangan gizi.(Humas UGM/Gusti Grehenson)